3. Pernyataan yang kontroversial.
Contohnya bisa dilihat dari artikel ini. Bisa saja saya membukanya dengan kalimat "Banyak orang tidak suka membaca esai..bla...bla..bla". Tapi saya memilih dengan pembukaan yang kontroversial, "Cuma butuh waktu 20 detik untuk menilai...."
Contoh lainnya bisa dilihat dalam artikel hak cipta foto Instagram. Sebenarnya dalam draft pertama, pengantar artikel tersebut hendak saya buka dengan kalimat: "Jarang sekali ada pengguna media sosial yang memperhatikan term of service...". Tetapi, saat mengedit terakhir kalinya, saya pikir itu kurang kuat untuk dijadikan pengait.Â
Akhirnya, kalimat pembukanya saya anulir sendiri dan saya berikan sedikit sentuhan yang kontroversial, tapi konteksnya masih sama: "Saya berani bertaruh, kamu jarang (atau malah tidak pernah) membaca secara tuntas dan memperhatikan secara detil isi dari syarat dan ketentuan (term of service).
Sekarang coba nilai sendiri, mana yang lebih menarik minat untuk dibaca, yang normatif dan biasa-biasa saja, atau yang kontroversial?
4. Fakta yang mengejutkan dan menarik.
Sajikan fakta (benar-benar fakta lho ya, bukan cerita rekaan atau mitos) yang mengejutkan dan menarik. Tentu saja, fakta yang kamu sajikan harus relevan dengan topik dan bisa mendukung argumen secara logis.
Misalnya esai/artikel tentang pemasaran digital, kamu bisa menyajikan fakta seperti ini: Untuk mencapai kesuksesan pemasaran digital dengan memanfaatkan strategi berbasis lokasi, sebagian besar profesional SEO berpengalaman memulainya di tempat yang sama: membuat daftar Google Bisnisku (Google My Business).
5. Pertanyaan retoris.
Sebuah esai yang dibuka dengan pertanyaan retoris bisa menggugah keingintahuan pembaca dan membuat mereka tetap terpaku untuk terus membaca. Contohnya: "Kenapa orang harus repot-repot menggoyangkan kendaraan saat mengisi bahan bakar?"
Bagaimana jika...?