Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bos Bukalapak Memang Ngawur, Tapi Dia Sudah Benar

15 Februari 2019   09:37 Diperbarui: 15 Februari 2019   09:47 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CEO Bukalapak Achmad Zaky jadi korban perundungan oleh pendukung Presiden Jokowi. Tagar #UninstalBukalapak pun menggema di jagad Twitter. Gara-gara cuitan Zaky yang dituding berpolitik praktis dan tidak berterima kasih pada pemerintah (periode kepemimpinan Jokowi).

Pada Rabu (13/02) kemarin, melalui akun twitternya Zaky mengeluh tentang rendahnya budget R&D dari pemerintah Indonesia. "Omong kosong Industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD)..." lalu dilanjutkan dengan daftar besarnya budget R&D dari beberapa negara. Di akhir tweetnya, Zaky menuliskan "Mudah-mudahan presiden baru bisa naikin."

Sontak, cuitan Zaky pun menuai protes, terutama dari pihak pendukung pemerintah atau pendukung Jokowi. Zaky dianggap sudah mulai bermain politik praktis dan yang lebih serius, Zaky dianggap menebar kebohongan terkait data yang ia sajikan. Zaky juga dianggap tidak tahu terima kasih.

Bos Bukalapak memang ngawur. Data yang ia sajikan sudah usang, tapi dibingkai seolah data terkini. Dalam cuitannya, Zaky mengatakan budget R&D dari pemerintah (2016, in USD) hanya sebesar 2B (2 miliar dolar AS) dan berada di urutan 43.

Padahal data yang disajikan Zaky adalah data tahun 2013. Dikutip dari situs World Bank, dana penelitian dan pengembangan (R&D) dari pemerintah pada tahun 2013 sebesar 2,0 miliar dolar AS dengan tingkat prosentase dari Gross Domestic Product (GDP) cuma 0,08 %.

Sementara itu, mengutip dari situs rdmag.com, budget R&D dari pemerintah pada tahun 2016 sudah meningkat menjadi 9,38 miliar dolar AS dengan prosentasi dari GDP sebesar 0,89%. Sedangkan pada tahun 2018, budget R&D Indonesia bertambah menjadi 10,23 miliar dolar AS dengan prosentase dari GDP sebesar 0,91%.

Meski data yang disajikan Zaky ngawur dan salah, secara esensi apa yang diungkapkan Zaky memang benar. Dengan prosentase cuma sebesar 0,91% dari GDP, perhatian pemerintah terhadap riset sains dan teknologi masih terhitung rendah. Apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura yang penduduknya jauh lebih sedikit.

Zaky juga benar apabila dia mengharapkan "mudah-mudahan presiden baru bisa naikin." Jika ingin bisa bersaing dalam Revolusi Industri 4.0, pemerintah harus mulai fokus dan lebih peduli terhadap dana riset, terutama di bidang teknologi digital.

Tidak ada yang salah dengan kalimat harapan dari Zaky tersebut. Hanya saja, pihak yang berang dengan cuitan Zaky menuduh bos Bukalapak ini tidak tahu terima kasih. Mereka mengaitkan kalimat "presiden baru" ini seolah-olah Zaky sudah lupa ingatan bahwa Presiden Jokowi pernah menyempatkan hadir dalam acara ulang tahun Bukalapak. Zaky juga dianggap menggiring opini dan masuk terlalu jauh dalam politik praktis. Frasa "presiden baru" diasumsikan pendukung pemerintah termasuk kampanye terselubung dari Achmad Zaky.

Terkait keberangan pendukung presiden Jokowi terhadap cuitan Ahmad Zaky yang berbuntut pada ajakan untuk meng-uninstall aplikasi Bukalapak, hal ini menunjukkan mereka tidak memahami esensi dari apa yang diungkapkan Ahmad Zaky. Sebagai anak muda yang sudah berhasil menelurkan startup unicorn, wajar apabila Zaky mendambakan pemerintah lebih serius dan memberi perhatian yang lebih besar pada pengembangan sains dan teknologi. 

Frasa "presiden baru" yang dilontarkan Zaky adalah bentuk harapan pada siapapun orangnya yang terpilih pada pilpres 2019 nanti. Bisa Jokowi, bisa pula Prabowo. Apakah ada yang salah dari frasa "presiden baru" tersebut?

Ajakan untuk mencopot aplikasi Bukalapak yang dilakukan pendukung Jokowi terdengar ironis. Betapa tidak, sampai saat ini Bukalapak adalah satu-satunya startup unicorn yang masih "dimiliki" anak bangsa. Meski beberapa waktu lalu santer terdengar kabar adanya investasi dari Amazon untuk Bukalapak.

Mungkin karena sadar data yang disajikannya salah, atau tidak ingin terseret terlalu jauh dalam hiruk pikuk kontestasi politik, Achmad Zaky lantas menghapus cuitan tentang budget R&D dan meminta maaf, terutama pada pendukung Jokowi.

Pemerintah sejauh ini memang sudah membantu keberlangsungan hidup startup-startup lokal untuk bisa bersaing di tingkat global. Namun, alangkah naifnya jika karena data keliru dan harapan perhatian yang lebih serius dari pemimpin baru, timbul ajakan untuk memboikot dan mencopot hasil karya gemilang dari anak bangsa sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun