Termasuk Atta Halilintar hingga Ria Ricis. Usia mereka bertambah, kepribadian mereka berkembang, tapi konten YouTube mereka sama saja sejak pertama kali mereka muncul.
Belakangan ini cukup banyak YouTuber yang curhat, membuat video yang merinci kegelisahan, depresi, dan kesehatan mental mereka yang menurun karena siklus pekerjaan terus-menerus dari pembuatan konten yang diperlukan untuk terus mendapatkan penghasilan yang layak.Â
Dalam sebuah tayangan infotainment yang pernah saya lihat (secara tidak sengaja) di salah satu stasiun televisi, Atta Halilintar mengungkapkan bahwa menjadi YouTuber itu bukan sekedar membuat video lalu menayangkannya begitu saja di kanal YouTube.
Atta mengisahkan bagaimana capeknya dia harus memikirkan ide konten, kemudian syuting, dilanjutkan mengedit video. Siklus ini terus terulang setiap hari demi menghasilkan kontinuitas konten sehingga bisa mendapatkan penghasilan yang layak, seperti yang sudah diperolehnya hingga saat ini.Â
Padahal, apa yang disebut "kreativitas" dari seorang Atta Halilintar tak lain adalah hasil penggabungan (saya tidak bilang "mencuri" lho ya) ide orang lain. Seperti ketika viral video perusakan sepeda motor, Atta pun menjadikan ide itu menjadi konten video YouTubenya.
Fakta itu menunjukkan pada kita, bahwa boleh dibilang para YouTuber sudah "menyerahkan kehidupan" mereka pada algoritma YouTube. Mereka seolah takut jika tidak membuat konten yang kontinyu, jumlah pengikut akan menurun, yang otomatis akan mempengaruhi pendapatan yang bisa memperoleh. Dengan kata lain yang lebih kasar, mereka sudah "diperbudak" oleh platform itu sendiri.
Para pembuat konten tidak memiliki kekuatan untuk mengatur kontrol algoritma YouTube. Terutama lebih disebabkan karena konten yang mereka buat sangat rata-rata. Hampir setiap orang dapat (dan akan) melakukan apa yang sudah mereka perbuat dalam tayangan video di kanal YouTube mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI