Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Please, Stop Making Stupid People Famous!

8 Februari 2019   23:26 Diperbarui: 2 Juli 2021   09:15 4472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini PJ lantas menjadi viral, diposting ulang, ditandai dan diretweet dengan diikuti daftar "Selebriti" yang menjadi terkenal karena kekonyolan mereka. Padahal, bukan itu yang dimaksudkan PJ sebenarnya. PJ hanya melontarkan otokritik pada konsumen media bahwa mereka sendirilah yang membuat orang-orang konyol tersebut menjadi terkenal, bukan medianya.

Baca juga: TikTok antara Cari Sensasi dan Pelepas Stres

Saat media sosial mulai mewabah dan praktis menggantikan tayangan televisi atau media konvensional, "Making Stupid People Famous" juga berpindah platform. Kita bisa melihatnya lewat video-video "prank", YouTuber yang kontennya hanya berisi tingkah laku konyol nan tidak mendidik, atau berita viral seperti kasus Adi Saputra.

Mengapa konten-konten seperti ini bisa menjadi viral? Mengapa orang yang tidak berbakat ini menjadi terkenal? Apakah dia melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat? Apakah dia melayani umat manusia dengan penemuan? Apakah mereka ilmuwan, aktivis sosial, pengusaha atau intelektual? Jawabannya tentu saja TIDAK!

Mereka hanyalah orang-orang yang tidak menawarkan konten apa pun dan sebagian besar bergantung pada mengatakan atau melakukan sesuatu yang bodoh dan bertentangan dengan norma masyarakat kita.

Anehnya, justru banyak orang "normal" yang menyukainya, menjadi followernya. Dan yang ironis adalah, justru "orang normal" lah yang membuat mereka menjadi selebriti dadakan.

Harus diakui, setiap orang memang membutuhkan hiburan. Banyak yang merasa terhibur dengan tingkah laku konyol yang dilakukan seseorang. Secara psikologis, dengan melihat kekonyolan orang lain, alam bawah sadar kita seolah secara otomatis membuat dopamin, senyawa kimia yang membuat kita senang mengalir lebih deras. Mentertawakan kekonyolan orang lain membuat diri kita menjadi lebih baik dan lebih percaya diri. 

"Sukurlah, ternyata ada yang lebih konyol dan lebih bodoh dari diriku." Mungkin seperti itu kata hati kecil kita.

Tapi bukan berarti kita harus membesarkan kekonyolan hanya karena kita merasa terhibur. Ada banyak hiburan produktif yang lucu dan pada saat yang sama mengirim pesan positif. 

Ada banyak pembuat konten di media sosial yang menawarkan konten yang bagus dan mereka pantas mendapatkan ketenaran karena mereka menawarkan sesuatu yang baru, informatif dan inovatif. Mereka adalah orang-orang yang saya gambarkan sebagai orang pintar yang memanfaatkan media sosial untuk memberikan contoh yang baik.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun