Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jika Kamu Mencintai Bukumu, Biarkan Mereka Pergi

27 Januari 2019   21:28 Diperbarui: 2 Februari 2019   03:54 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi Himam Miladi

Seperti sebuah roman cinta sejati bukan? Bahwa mencintai itu tak harus memiliki.

dokumentasi Himam Miladi
dokumentasi Himam Miladi
Dari kutipan tersebut, saya sadar bahwa mengoleksi buku itu bukanlah sebuah bentuk kecintaan terhadap buku. Melainkan salah satu perwujudan dari rasa egois yang kita miliki. Saya merasa egois karena bermimpi ingin memiliki begitu banyak koleksi buku, sementara di luar sana ada jutaan anak dan orang lain yang tak punya kesempatan untuk membaca satu buku pun!

Bukankah kita sering mengkritik, mengulas dan membahas perihal rendahnya tingkat literasi dari masyarakat kita? Banyak yang mengaitkan rendahnya budaya literasi tersebut dengan mahalnya harga buku yang dijual di pasaran. Tapi, di satu sisi, dia terus menuruti egonya untuk membeli dan mengoleksi.

Kedengarannya ironis bukan? Meski harus diakui, tak sedikit pula pecinta buku yang punya jiwa sosial lebih. Mereka menjadi relawan literasi dengan mendirikan taman bacaan di kampung-kampung, di desa-desa dan tempat pelosok lainnya. Semua dengan biaya sendiri atau mengharapkan donasi dari dermawan pecinta buku lain.

Sejak membaca kutipan itu, saya mulai melepas satu per satu koleksi buku saya. Bukan untuk teman atau sahabat yang meminta. Tapi saya khususkan untuk para relawan literasi yang dengan kesadaran pribadi dan kolektif menginisiasi taman bacaan. Mengajarkan dan menularkan budaya membaca pada masyarakat kita.

Meskipun begitu, sisi egoisme saya ternyata masih mendominasi. Ada beberapa koleksi buku yang rasanya masih sayang untuk saya lepaskan ke "alam liar". Terutama buku-buku yang masuk kategori evergreen, alias tidak pernah bosan untuk dibaca ulang.

Seperti serial Harry Potter. Seratus kali saya membaca, seratus kali pula saya masih takjub dengan gaya penceritaannya. Atau buku kumpulan biografi paling fenomenal dari Michael H Hart.

Pada akhirnya saya memahami, bahwa rendahnya budaya literasi pada masyarakat kita bukan hanya disebabkan mahalnya harga buku, atau malasnya generasi muda kita untuk membaca. Salah satu faktor yang mungkin terlihat sepele, tapi punya efek lebih adalah mungkin karena kita sendiri yang enggan untuk berbagi buku bacaan.

Saya memang belum mengetahui secara langsung, tapi membaca artikel-artikel luar negeri tentang bagaimana para pecinta buku disana dengan sukarela melepas buku koleksi mereka membuat saya iri. Mengapa kita tidak bisa seperti itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun