Padahal para perokok aslinya nyaris tidak ada yang menyerupai gambaran dari iklan tersebut.
Karena itulah, ketika Gillette membuka tabir mitos kejantanan pria dan menyiratkan bagaimana racun maskulinitas itu mempengaruhi perilaku pria dalam kehidupan sehari-hari, sensor kejantanan para pria yang sensitif langsung bereaksi keras.
Sama halnya dengan penggambaran sosok wanita dalam berbagai iklan. Banyak iklan yang ditargetkan pada wanita mengatakan kepada mereka untuk menjadi wanita sempurna: cantik, selalu melayani suami, rajin bekerja di dapur, sabar terhadap anak-anak dan lain-lain. Semuanya dibuat-buat tanpa cela.
"Bukankah sudah waktunya kita berhenti memaafkan perilaku buruk?" Tanya Gillette dalam tweet  mereka saat memperkenalkan iklan tersebut. Ya. memang benar bahwa sudah menjadi keharusan bagi kita - terutama kaum pria - semua untuk berhenti memaafkan perilaku buruk.
"Boys will be boys"? Isn't it time we stopped excusing bad behavior? Re-think and take action by joining us at https://t.co/giHuGDEvlT. #TheBestMenCanBe pic.twitter.com/hhBL1XjFVo--- Gillette (@Gillette) January 14, 2019
Jika dilihat dengan lebih sabar, iklan Gillette tidak "menghilangkan maskulinitas". Iklan Itu hanya mengatakan bahwa pria dapat memilih untuk melawan tekanan teman sebaya yang memberitahu mereka untuk bertindak seperti "pria sejati" melalui perkelahian atau melecehkan orang. Iklan Gillette memberi tahu target audiens untuk bertindak seperti "pria sejati" dengan cara menghormati rekan-rekan mereka dan memperlakukan wanita sebagaimana mestinya.
Gillette membuat iklan ini mungkin karena mereka berpikir di luar sana ada lebih banyak pria yang ingin menjadi baik, daripada pria yang berperilaku kasar dan tidak sopan hanya karena mereka ingin membuktikan: kejantanan.
Dari sisi dunia advertising, iklan Gillette bukanlah hal yang baru. Dalam budaya konsumen post modern saat ini, mayoritas konsumen setuju bahwa merek harus mengambil sikap terhadap masalah sosial. Hanya melulu berjualan saja bukanlah strategi marketing yang baik.
Sembari ikut berbicara tentang isu-isu yang tengah hangat dibicarakan, iklan bertema masalah sosial juga bisa menghasilkan keterlibatan yang luas. Gillette membuktikannya lewat iklan We Believe: The Best a man can be mereka dan berhasil memperluas audiens mereka.
Iklan Gillette menghasilkan volume besar percakapan dan keterlibatan dengan audiens baru pada saat yang bersamaan. Mereka melakukan semua ini sambil mempertahankan branding asli dan pesan utama untuk audiens tradisional mereka.
Secara historis, Gillette selalu menargetkan pemirsa laki-laki, yang diperlihatkan secara eksplisit melalui tagline "The Best a man can get." Iklan itu dibintangi pria dan berfokus pada perilaku maskulin.