Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cuma Ada 4 Motivasi Utama dalam Menulis, Kamu Ikut yang Mana?

20 Januari 2019   22:36 Diperbarui: 20 Januari 2019   22:53 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Tujuan politik

Motif politik menurut Orwell berada dalam arti seluas mungkin. Ingin mendorong dunia ke arah tertentu, untuk mengubah gagasan orang lain tentang jenis masyarakat yang harus mereka perjuangkan, dan beberapa contoh motif politik lainnya. Orwell menegaskan, tidak ada buku atau karya tulis yang benar-benar bebas dari bias politik. Bahkan pendapat bahwa seni seharusnya tidak ada hubungannya dengan politik itu sendiri adalah sikap politik.

Dalam esainya tersebut, Orwell juga menceritakan bagaimana perubahan motivasi dirinya saat menulis. Ketika pertama kali menulis, motivasi Orwell (yang disebutnya ada pada setiap penulis muda) adalah tiga yang pertama; egois, estetika dan dorongan historis, dengan sedikit sekali motif politiknya.

Seiring berjalannya waktu dan pengalaman pribadinya, motivasi menulis Orwell pun berubah. Hampir semua buku atau tulisannya di tahun-tahun terakhir bermuatan politis, berisi pandangan dan pendapatnya tentang situasi politik yang terjadi saat itu. Meski begitu, Orwell mengakui dia tidak bisa meninggalkan nilai estetika dari naluri sastranya.

Seperti dalam bukunya Homage to Catalonia, Orwell memakai gaya jurnalisme, sesuatu yang sudah mendarah daging dan menjadi naluri sastranya (estetikanya). Hingga seorang kritikus mengatakan pada Orwell bahwa dia telah mengubah apa yang mungkin bisa menjadi buku yang bagus menjadi jurnalisme.

Menurut Orwell, ketika dia melihat tulisannya  tidak memiliki tujuan/motif politis, tulisannya itu seperti tak bernyawa dan hanya berisi kalimat tanpa makna, kata sifat dekoratif dan omong kosong pada umumnya.

***

Dari apa yang dituliskan Orwell dalam esainya, saya menarik sebuah garis kesimpulan bahwa motivasi seorang penulis merupakan nyawa dari tulisannya. Motivasi itulah yang menghidupkan tulisan dan membawa karakter penulis ke dalamnya. Semakin kuat motivasi yang mendorong penulis - terlepas dari apapun jenis motivasinya -- tulisannya akan semakin mudah dicerna oleh pembaca. Seolah pembaca diajak melihat langsung nuansa batin yang menyelimuti penulis tersebut.

Jadi, seperti apa motivasimu dalam menulis?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun