Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

4 Cara Mendaur Ulang Sebuah Konten atau Tulisan

11 Januari 2019   16:00 Diperbarui: 14 Januari 2019   15:04 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (unsplash.com/@rawpixel)

"Adik, jangan main gim terus!"

"Iya pak," jawab si kecil.

Sepuluh menit kemudian, "Adik, sudah dibilang jangan main gim terus, nanti matanya sakit loh."

Dua puluh menit kemudian,

"Adik, taruh handphonenya sekarang juga!"

***

Sering kan kita memberi perintah berulangkali seperti itu? Atau coba ingat kembali masa-masa sekolah dulu, ketika guru kita selalu mengulang informasi pelajaran yang disampaikannya.

Repetisi, atau pengulangan adalah bagian yang tidak terelakkan dari sebuah penciptaan dan kreativitas. Dalam setiap pengulangan, kita tidak mengulang secara tepat perintah atau informasi yang pertama. Kita hanya mengambil intinya, kemudian mengolahnya kembali dalam bentuk yang berbeda.

Perhatikan contoh diatas. Inti dari perintah atau larangan tersebut adalah berhenti main gim. Ketika perintah itu diulang hingga dua kali, susunan kalimatnya berbeda, tapi intinya tetap sama.

Begitu pula dalam membuat konten atau menulis artikel. Banyak penulis atau pembuat konten yang menghindari pengulangan. Mereka lebih memilih mengeksplorasi ide-ide baru daripada mengulang ide yang pernah dibuat atau dituliskan.

Kita sering merasa pembaca sudah cukup diinformasikan dalam satu kali kesempatan saja. Padahal faktanya tidak seperti itu. Mereka, seperti halnya kita sendiri, perlu mendengar dan membaca hal yang sama berulangkali.

ilustrasi (unsplash.com/@rawpixel)
ilustrasi (unsplash.com/@rawpixel)
Orang yang memiliki ingatan paling bagus sekalipun memerlukan pengulangan informasi. Apalagi kita yang isi kepalanya penuh dengan berbagai macam pikiran.

Kita membaca sesuatu, esok harinya mungkin kita sudah lupa apa isinya. Kita lalu berpindah membaca informasi yang lain, tanpa pernah menerapkan yang pertama. Kita terus mengonsumsi bahan bacaan, tetapi jarang bertindak menuruti saran.

Kita mungkin pernah berpikir: "Sepertinya aku pernah membaca tentang ide ini sebelumnya. Mungkin kali ini patut dicoba."

See?

Saat membaca pertama kali, kita sering tidak memahami titik intinya. Mengulang informasi dapat meningkatkan peluang bahwa pembaca benar-benar menempatkan titik pembelajaran dan mengubahnya menjadi tindakan.

Melalui pengulangan, kita memperbaiki ide-ide kita, memurnikannya, dan belajar bagaimana mengomunikasikannya dengan lebih baik. Pengulangan juga akan memberi kita kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang cara berkomunikasi seperti apa yang berhasil dan yang tidak. Lebih jauh, pengulangan juga membantu kita untuk melihat ide dari sudut pandang yang berbeda.

Bagaimana cara mengulang ide atau lebih tepatnya mendaur ulang konten atau tulisan?

Sebelumnya, harus kita pahami dulu bahwa tidak semua ide, konten atau tulisan bisa didaur ulang. Jenis konten dan tulisan yang bisa didaur ulang biasanya bersifat evergreen.

Konten evergreen umumnya memiliki ciri tidak terikat pada fakta dalam waktu tertentu. Misalnya, artikel tentang self-help (motivasi, tips, Do it Your Self), artikel pengetahuan atau edukasi, dan artikel yang berisi informasi tentang profil seseorang/biografi.

Konten yang berisi laporan peristiwa aktual sulit untuk bisa didaur ulang. Ini karena konten tersebut terikat pada waktu peristiwa tersebut. Kecuali ada peristiwa serupa sehingga kita bisa mengaitkannya dan menjadikan konten tersebut sebagai gagasan pendukung.

Misalnya konten tentang debat capres tahun 2014, tidak bisa didaur ulang jika tidak ada peristiwa yang serupa. Konten ini bisa kita daur ulang dalam bentuk gagasan pendukung dari konten utamanya yakni tentang debat capres tahun 2019.

Contoh dari konten berupa fakta peristiwa ini adalah artikel tentang fakta pertandingan main mata antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang empat tahun yang lalu. Artikel ini kemudian saya daur ulang menjadi artikel pengaturan skor sepakbola.

Pada artikel pertama, ide utamanya adalah fakta pertandingan PSS Sleman dan PSIS Semarang. Sedangkan pada artikel daur ulang, ide utamanya adalah pengaturan skor, sementara artikel pertama saya jadikan ide pendukung.

Nah, setelah mengerti jenis konten yang bisa didaur ulang, mari kita bahas satu persatu cara menggunakan kembali atau me-recycle konten/tulisan. Ada empat cara yang bisa kita gunakan:

1. Gali lebih dalam
Ambil saja salah satu saran, tips, motivasi atau salah satu bagian dari beberapa poin yang ada dalam sebuah konten dan jadikan itu inti dari seluruh konten yang baru.

Misalnya, jika sebelumnya kita menulis 10 tips mengatasi writer's block, maka uraikan salah satu tips tersebut. Jelaskan pro dan kontra atau plus minus dari teknik yang disarankan ini. Kemudian jangan lupa beri contoh kesaksian dari seseorang yang pernah menggunakannya.

Melalui cara ini, kita bahkan dapat mengambil pendekatan yang sama pada sembilan poin lainnya. Dengan begitu kita nanti akan memiliki 10 konten yang baru.

2. Mengambil Pendekatan/sudut pandang yang Berbeda
Kita juga dapat menulis konten dari sudut pandang yang berbeda. Masih tetap menggunakan topik tentang writer's block, daripada menawarkan 10 tips untuk mengatasi writer's block, kita bisa menulis dan berbagi saran 5 cara supaya tidak terkena writer block.

Atau 4 tips mengalihkan writer's block menjadi sebuah tulisan. Atau 3 cara yang digunakan penulis dunia saat terkena writer's block. Semua ide konten/tulisan ini dibangun dengan konsep yang sama.

3. Memperbarui titik waktu
Saat menulis, kita mengatakan hal-hal tentang tema tulisan pada satu titik waktu yang tidak relevan lagi. Misalnya, tulisan tentang 10 tips writer's block itu kita buat 2 tahun yang lalu. Sekarang, mungkin ada tips tentang mengatasi writer's block yang baru, yang lebih tepat dan lebih berguna bagi pembaca generasi sekarang.

Atau kita bisa menuliskan pengalaman sudah mencoba tips yang kesepuluh, ternyata tidak berhasil. Berikan pembaca kesaksian pribadi dan rekomendasikan pada mereka saran yang baru.

4. Mengubah tulisan dalam bentuk visual
Ambillah 10 tips tentang writer's block itu dan segarkan kembali secara visual. Kita bisa mengubahnya menjadi infografis yang membuatnya lebih jelas bagi generasi penonton sekarang.

Kita juga bisa mengubah tulisan ke dalam power point dan kemudian menjadikannya sebuah video yang secara gamblang menampilkan tips mengatasi writer's block.

Jika kita mengkomunikasikan sebuah ide hanya satu kali, kita tidak akan tahu sejauh mana ide itu berhasil ditangkap pembaca. Pengulangan atau mendaur ulang konten akan memberi kita titik perbandingan, yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan lebih banyak wawasan.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun