Jika cintamu sungguh dan murni,
Kirimlah berita padaku esok pagi.
Aku kan segera datang menemuimu.
Kirim berita indah, kapan dan dimana kita menikah.
Dan seluruh keberuntunganku di kakimu kuletakkan.
Dan ke ujung dunia tuanku, dikau kuturutkan.
(William Shakespeare)
***
Romeo dan Juliet adalah kisah cinta klasik paling terkenal sepanjang jaman. Tak ada satu pun karakter yang begitu dipuja oleh anak-anak muda dalam hal kisah cinta selain mereka berdua.
Roman percintaan Romeo dan Juliet bahkan menginspirasi banyak kisah cinta yang serupa. Kisah cinta legendaris ini menjadi ikon dan perlambang dari kesetiaan, perjuangan (meraih cinta) dan pengorbanan (untuk cinta).
Salah satu kekuatan cerita Romeo dan Juliet terletak pada kisah surat-menyurat yang dilakukan keduanya. Romantis, sekaligus tragis.
Dua anak muda yang saling jatuh cinta, tapi terhalang oleh permusuhan keluarga besar mereka. Romeo (dari keluarga Montague) dan Juliet (dari keluarga Capulet) hanya bisa berkomunikasi melalui surat-surat yang mereka titipkan pada teman-teman terdekat.
Permusuhan keluarga mereka semakin meruncing. Diawali terbunuhnya Monterio oleh Tybalt. Romeo kemudian membalas dendam dengan membunuh Tybalt. Akibatnya, Romeo dihukum buang dari kota Verona oleh Pangeran Escalus, penguasa Verona.
Juliet sedih, merana karena tidak bisa berjumpa dengan kekasih yang sudah menikahinya secara diam-diam. Dia dihadapkan pada dilema yang sulit: memberi tahu orang tuanya perihal pernikahan rahasianya dengan Romeo, untuk menghindari pertunangannya dengan Count Paris; atau mencari cara lain.
Sahabat Romeo, Friar Laurence lalu memberi saran: Juliet harus meminum ramuan yang akan membuatnya tampak mati, kemudian dimakamkan. Nantinya, Friar Laurence dan Romeo yang akan menunggunya di pemakaman keluarga. Friar Laurence berjanji untuk mengirim surat ke Romeo untuk memberitahunya rencananya
Sayang, surat itu tidak pernah sampai ke tangan Romeo. Setelah mendengar berita kematian Juliet, Romeo mendatangi pusaranya, meratap bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa ada Juliet. Romeo akhirnya memilih untuk bunuh diri.
Juliet, yang kemudian bangkit dari mati surinya, terkejut melihat tubuh Romeo yang sudah tidak bernyawa. Tangis dan hujan air mata membasahi tubuh Romeo yang masih hangat.
Juliet tak ingin dia hidup sendiri, tanpa ada Romeo di sisinya. "Dan ke ujung dunia tuanku, dikau kuturutkan." Juliet pun memilih ikut Romeo, ke ujung kehidupan.
***
Juliet adalah simbol penuntun cinta. Setelah ciuman pertamanya dengan Romeo, Juliet lah yang mengusulkan dan mengatur pernikahan rahasia. Romeo hanya pemimpi, pria muda yang memimpikan cinta sejati.
Karena itu, tak heran jika banyak gadis-gadis muda yang memiliki masalah dengan cintanya, menderita karena kisah cintanya, berharap ada sosok seperti Juliet, yang bisa menuntun perjalanan cinta mereka.
"Ada tempat di Verona di mana orang-orang yang menderita (karena cinta) dapat meninggalkan pesan untuk meminta bantuan Juliet."Â
(dari film Letters to Juliet).
Yup, tepat di antara rumah Juliet dan rumah Romeo di Verona, di belakang pintu depan sebuah bangunan bersejarah, ada markas besar "Club di Giuletta" (Klub Juliet): tempat di mana surat cinta dari seluruh dunia berkumpul dan dijawab kembali, untuk menuntun pengirimnya dalam perjalanan cinta mereka.
Tergerak oleh fenomena tersebut, Ettore Solimani kemudian membaca dan membalas surat-surat yang ditinggalkan pengunjung situs bersejarah kota Verona tersebut. Â Pada tahun 1972, Giulio Tamassia beserta beberapa seniman dan sarjana sastra membentuk Klub Juliet. Mereka meneruskan pekerjaan Solimani membalas setiap surat yang ditujukan pada Juliet.
Semenjak surat-surat untuk Juliet itu dibalas oleh Solimani, semakin banyak pula surat yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia. Klub Juliet akhirnya menjadi sebuah organisasi nirlaba. Mereka kemudian merekrut relawan, para pemudi yang menggemari kisah cinta Romeo dan Juliet. Tugas mereka cuma satu, menulis surat jawaban dari para penggemar Juliet di seluruh dunia.
Tak hanya itu, Klub Juliet yang kini dipimpin oleh Giovanna Tamassia, putri dari Giulio Tamassia juga menyelenggarakan berbagai kegiatan yang didedikasikan untuk mitos roman cinta Romeo dan Juliet. Atas nama Departemen Kebudayaan Dewan Kota Verona, Klub Juliet menggelar "Cara Giuletta/Dear Juliet", sebuah penghargaan untuk surat cinta terindah yang diberikan setiap tanggal 14 Februari. Ada pula acara "Juliet's Birthday", untuk merayakan hari lahir karakter sastra terkenal ini.
Puncak dari banyak acara yang diselenggarakan Klub Juliet ini adalah "Scrivere per amore", yakni kompetisi Menulis Untuk Cinta. Sebuah penghargaan sastra untuk novel cinta yang diikuti banyak penulis di seluruh dunia.
Tak heran apabila kota Verona dijuluki sebagai Kota Cinta, karena keberadaan Klub Juliet ini. Setiap tahun, ribuan surat dikirim ke Klub Juliet, dengan sebuah alamat yang sederhana saja, " Juliet, Kota Verona, Italia".
Saat ini, para turis di Kota Verona bisa berkunjung ke markas Klub Juliet. Pada waktu-waktu tertentu, mereka bisa melihat secara langsung aktivitas para "Sekretaris Juliet" yang tengah menulis surat balasan dan pengunjung juga diperbolehkan membaca surat-surat yang dikirimkan untuk Juliet tersebut.
Cerita tentang Klub Juliet ini kemudian diadaptasi dalam film layar lebar berjudul Letters to Juliet. Dibintangi oleh Vanessa Redgrave dan Amanda Seyfried, film ini menceritakan kisah seorang turis muda Amerika, Sophie (diperankan Seyfried), yang bertemu dengan para sukarelawan yang menanggapi surat-surat untuk Juliet.
Sophie kemudian menemukan sebuah tulisan surat cinta di belakang "dinding ratapan" di halaman di bawah balkon Juliet. Surat itu ditulis oleh Claire (diperankan Redgrave) lebih dari 50 tahun yang lalu yang mengungkapkan kesedihan dan penyesalannya bahwa dia meninggalkan seorang anak muda Italia yang tampan, Lorenzo, karena harus pulang ke Inggris.
Sophie itu lalu menjawab surat tersebut. Claire, yang terinspirasi dengan tindakan Sophie akhirnya datang ke Italia  untuk menemukan kembali cintanya yang lama hilang di tengah perbukitan di Tuscany, ditemani oleh cucunya yang tampan (diperankan Christopher Egan).
***
"Lebih dari ciuman, surat-surat berbaur dengan jiwa. Â (John Donne)
Di era teknologi yang didominasi oleh pesan instan yang tidak memiliki waktu atau ruang, surat tulisan tangan masih menjadi sarana istimewa untuk mengekspresikan perasaan.
Untuk kamu, generasi yang lahir dengan menggenggam internet di tangan, apakah kamu mempunyai kenangan indah bersama pasangan seromantis surat cinta?
Jawabannya hampir mustahil. Efek perkembangan teknologi merupakan salah satu penyebab mengapa kalian, pasangan muda jaman sekarang tidak mempunyai kenangan seperti surat cinta.
Kamu lebih suka berkomunikasi dengan kecanggihan teknologi melalui berbagai media sosial dari gadget mereka. Padahal, kecanggihan teknologi ini punya satu kelemahan fatal. Ia tidak memiliki ruang  dan bentuk fisik berupa kenangan yang dapat disimpan.
Coba jawab, apakah kamu bisa ingat apa saja pesan/komunikasi langsung dengan pasangan yang kamu sampaikan melalui gadget canggih itu? Apakah kamu masih menyimpan segala macam sms/whatsapp/bbm/line dengan si dia?
Berbeda dengan generasi dulu, yang cara berkomunikasi jarak jauhnya melalui sistem manual, surat cinta. Tentu jika rajin menyimpan, kenangan akan romantisme surat cinta masih terjaga.
Selain untuk memberi kenangan akan masa-masa indah saat pertama jatuh cinta, surat cinta juga bisa menjadi senjata ampuh untuk mengatasi kebuntuan komunikasi dengan pasangan. Cobalah praktekkan hal ini:
Apabila sekali waktu kamu bertengkar dengan pasanganmu, tulislah surat cinta. Tunjukkan kata-kata permintaan maaf, atau rayuan melalui surat tulisan tangan. Jangan langsung bicara padanya, karena hati kalian usai bertengkar masih terselimuti emosi yang bisa meledak kembali. Berikan surat itu pada pasanganmu, dan lihatlah satu senyuman simpul saat dia membacanya.
Ketika masih kuliah dulu, saya menulis surat cinta pada seorang gadis yang saya sukai. Untunglah, cinta itu tidak bertepuk sebelah tangan. Surat pun dibalas dengan surat. Itulah cara kami menyatakan perasaan hati. Meskipun saat itu kami kuliah di kampus yang sama, di jurusan yang sama pula!
Apakah kami jarang bertemu? Oh tidak, kami juga sering berbincang-bincang. Tapi khusus untuk masalah rasa cinta diantara kami berdua, surat cinta adalah media yang kami senangi.
Komunikasi dengan surat itu masih terus berlanjut, hingga gadis tersebut naik ke pelaminan. Setelah dia menikah itu, saya baru tahu ternyata dia masih menyimpan surat-surat cinta yang dulu saya tujukan padanya. Sementara surat-surat dari dia entah saya kemanakan, hilang tak tentu rimbanya. Gadis itu kini jadi istri saya.
Setiap kali kami berselisih paham, atau ketika ada masa-masa dimana kami merasa hubungan sedikit merenggang, kami lalu membuka surat-surat cinta yang masih tersimpan rapi itu. Kami baca bersama, tertawa bersama mengenang betapa lucunya tulisan berbentuk cakar ayam dan kalimat-kalimat rayuan yang dulu saya tuliskan.
"Menikahi orang yang dicintai itu mudah, mencintai orang yang dinikahi itu butuh perjuangan".Â
Dan salah satu perjuangan untuk menjaga cinta dalam pernikahan adalah dengan mengenang masa-masa indah melalui kenangan surat cinta.
Percayalah, tak ada romantisme sehebat kenangan dalam surat cinta.
***
Catatan:
Klub Juliet bisa dikunjungi di alamat berikut:
Alamat: Corso Santa Anastasia, 29 - 37121 Verona, Italia.
Jam Buka: Senin- Jumat, 10 am-1 pm, 3 pm-6 pm.
Tiket: Gratis
Tel: +39 045533115
info@julietclub.com
www.julietclub.com/en
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H