Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Jenis Penyuntingan dan Tips Menyunting Tulisan secara Mandiri

15 Desember 2018   09:10 Diperbarui: 15 Desember 2018   18:02 3158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat diminta menjadi penyunting buku antologi karya peserta sebuah bimbingan teknis penulisan, saya pernah mendapati hal seperti ini. Dari 16 artikel yang dikirimkan, lebih dari separuhnya harus saya sunting substansinya.

Teknisnya adalah dengan mempertahankan garis besar ide/substansinya, tetapi susunan kalimatnya harus dirombak ulang. Sisi buruk dari penyuntingan substansif ini adalah gaya bahasa dari penulis tidak bisa dipertahankan.

Sering kali gaya bahasa itu mengikuti gaya bahasa editornya. Yah, mau bagaimana lagi? Karena editor tidak bisa mempertahankan kalimat-kalimat yang sudah disusun, yang menurut pandangannya sudah kacau balau itu.

Karena itu, proses penyuntingan substansif bisa sangat intens dan memakan waktu lama. Kadang-kadang, editor harus memosisikan dirinya sebagai penulis, supaya dia bisa memahami bagaimana karakter tulisannya.

Penyuntingan substansif juga biasa disebut sebagai REVISI. Jika penulis mendapat email dengan subyek email "Permintaan Revisi", itu artinya tulisannya tersebut sudah diotak-atik konten aslinya.

Substantive editing mencakup structural editing, development editing, dan comprehensive editing. Paling mudah kita menyebutnya penulisan ulang (rewriting).

Penyuntingan Naskah/Copy Editing
Jenis penyuntingan ini biasanya dilakukan pada penyuntingan kedua atau pada naskah tulisan yang dikirim oleh penulis yang sudah lebih berpengalaman. 

Editor hanya menyesuaikan tata bahasa, mengganti kata atau frasa, memperbaiki pengulangan atau penggunaan kata, atau kesalahan ejaan.

Bicara tentang pengulangan kata, ini seringkali dilakukan beberapa penulis, tanpa dia sadari. Termasuk juga saya sendiri saat menulis sebuah artikel.

Seperti yang sudah saya jelaskan di awal, ketika menulis otak kita sudah tenggelam dalam tema penulisan. Saat itulah ada beberapa kata yang terlanjur menancap begitu dalam, sehingga tanpa disadari penulis menggunakannya berulang kali.

Untuk itu, bagi seorang editor dibutuhkan kejelian dan penguasaan padanan kata/sinonim yang banyak. Editor harus mampu mengganti kata atau frasa yang terulang dengan padanan yang serupa tanpa mengurangi intonasi/suara dari kalimat dan paragraf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun