Banyak media mainstream yang kemudian keliru menangkap maksud dari buta huruf fungsional, dan menganggapnya sama dengan buta huruf biasa. Maka, judul dan isi berita pun akhirnya menjadi berbeda dan terkesan memojokkan data yang diungkapkan Prabowo tersebut.
Ketika ada penjelasan, baik itu oleh pihak Prabowo sendiri maupun beberapa blogger dan netizen tentang apa itu buta huruf fungsional, beberapa media mainstream kemudian mengubah artikel mereka sebelumnya. Selebihnya, membiarkan saja tanpa melakukan perubahan apapun, seperti di situs Katadata.
Meskipun sudah diubah, beberapa media mainstream itu tidak memberi catatan editorial untuk menjelaskan alasan perubahan tersebut. Bilapun ada catatan editorial, itu tidak menjelaskan secara menyeluruh mengapa artikel mereka diubah.Â
Seperti media detik, dalam catatan editorial perubahannya, mereka hanya menuliskan "Judul berita diubah pukul 15.45 WIB agar sesuai dengan kutipan asli tanpa diterjemahkan ke Bahasa Indonesia".
Contoh kedua yang terbaru adalah terkait pernyataan Prabowo tentang pemindahan kedutaan besar Australia dari Tel Aviv ke Yerussalem. Media mainstream, dalam dan luar negeri menyambar begitu saja pernyataan Prabowo dalam bingkai berita yang menyudutkan. Setelah mendapat penjelasan resmi, barulah media kemudian mengubah judul dan memberi catatan editorial yang menjelaskan alasan perubahan tersebut.
Situs BBC misalnya, dari judul awal "Prabowo: Pemindahan Kedutaan Australia ke Yerussalem bukan masalah untuk Indonesia" menjadi "Pemindahan Kedutaan ke Yerusalem, Prabowo Hormati Kedaulatan Australia". Catatan editorial dibawahnya tertulis "Laporan ini dimutakhirkan pada Jumat (23/11) pukul 10:00, dengan menambahkan pula tanggapan dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, dan mengganti judulnya, demi akurasi."
Sementara Republika mengganti judul "Prabowo: Pemindahan Kedutaan Australia Bukan Masalah Bagi RI" menjadi "Prabowo: Indonesia Harus Hormati Kedaulatan Australia".Â
Catatan editorial di bagian bawah artikel berbunyi: Judul berita ini mengalami koreksi dari sebelumnya "Prabowo: Pemindahan Kedubes Australia Bukan Masalah Bagi RI". Judul ini tidak tepat. Prabowo mengaitkan pernyataan ini pada hubungan angkatan laut antara Australia dan Papua Nugini bukan pada masalah Palestina. Republika mengutip penuh berita ini dari media Australia, Brisbane Times, yang rupanya keliru melakukan translasi. Brisbane Times mengakui kesalahan translasi atas pernyataan Prabowo ini dan sudah mengganti judul dan isi beritanya. Republika sudah melakukan klarifikasi kepada pihak Prabowo sejak berita ini diturunkan pada 22 November.
Langkah yang "curang", dan biasanya ini juga dilakukan oleh beberapa media online lain adalah menghilangkan artikel tersebut. Seperti yang dilakukan Viva News. Artikel yang berjudul "Prabowo Tak Masalah Kedutaan Australia Pindah ke Yerusalem" kini hilang, hanya menampilkan halaman kosong berkode 404. Meski begitu, jejak digitalnya masih bisa dilihat seperti pada laman Facebook Viva News.
Tak hanya judul atau isi berita yang biasanya mengalami penyuntingan siluman. Gambar ilustrasi yang tidak sesuai, dan kemudian menuai kontroversi publik juga kerap disunting. Seperti yang terjadi pada Tempo. Di laman video Tempo, termuat video berita tentang lima istri salah satu korban kecelakaan pesawat Lion Air yang berebut uang warisan.Â
Gambar ilustrasi yang ditampilkan Tempo sebelumnya adalah seorang perempuan berhijab. Padahal korban dan istri-istrinya adalah warga non muslim. Setelah mendapat kritik tajam dari warganet, gambar ilustrasi itu lalu diubah dengan tambahan catatan editorial berbunyi "Catatan: Gambar ilustrasi dalam video telah diubah pada Sabtu, 10 November 2018 pukul 09.19 WIB karena ada kesalahan dalam pemilihan foto. Mohon maaf atas kekeliruan ini.