Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengenal Teknik Propaganda "Firehose of Falsehood" yang Bisa dilakukan Jokowi-Ma'ruf

6 November 2018   07:55 Diperbarui: 7 November 2018   15:49 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Propaganda inilah yang ditiru oleh presiden Amerika Serikat Donald Trump saat ini. Trump, yang dikenal kecanduan media sosial, terutama twitter, sering memposting hal-hal yang remeh di akun twitternya. Statusnya sebagai presiden, dan selebritis sebelum dia menempati Gedung Putih membuat setiap yang dia posting di twitter menjadi makanan empuk bagi media. Trump menyadari hal ini, dan memanfaatkannya. Gaya Trump sebagai fenomena media yang berkuasa sangat sejalan dengan teknik Propaganda Rusia yang diteliti RAND.

Para peneliti RAND mengatakan, ada dua fitur utama dalam jenis propaganda ini: "jumlah saluran dan pesan yang tinggi" dan "kemauan yang tidak tahu malu untuk menyebarluaskan kebenaran parsial atau fiksi langsung."

Teknik Firehose of Falsehood tidak akan bisa terlaksana jika tidak bisa menguasai media. Karena menurut RAND, "Propaganda Rusia diproduksi dalam volume yang sangat besar dan disiarkan atau didistribusikan melalui sejumlah besar saluran."

Di Indonesia, kita tahu pihak mana yang menguasai media paling banyak. Merekalah yang bisa mengendalikan jenis-jenis berita apa yang akan disebar ke masyarakat. Seperti yang kita lihat dengan berita tentang perubahan RAPBN yang sepi. Kalah oleh berita tentang hoax Ratna Sarumpaet, tempe setipis ATM dan Tampang Boyolali.

Selain volume berita yang sangat besar, RAND juga mencatat bahwa "propaganda Rusia cepat, berkelanjutan, dan berulang". Di negara ini, berita-berita yang remeh, apalagi jika itu dilakukan oleh kelompok tertentu yang tidak disukai pemerintah akan diulang-ulang terus. Bila perlu selama 7 hari 7 malam.

Teknik semacam ini sangat berhasil untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari sebuah berita yang benar, atau realitas keadaan karena menurut RAND, "pengulangan mengarah ke keakraban, dan keakraban mengarah pada penerimaan." Sama seperti sebuah adagium "Kebenaran akan hilang oleh kebohongan yang terus diulang".

Terkait dengan pilpres 2019, hanya kubu petahana Jokowi-Ma'ruf, yang menguasai hampir seluruh media di tanah air, yang bisa dan mampu melakukan propaganda semacam ini. Dengan kemampuan mengendalikan media, kubu petahana bisa menutupi fakta-fakta terburuk dari pemerintah saat ini dengan berita-berita remeh yang diulang terus menerus.

Bahan Bacaan: The Russian Firehose of Falsehood Propaganda Model

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun