Jadinya, nyaris tidak ada pemasukan apapun yang bisa diterima pemerintah daerah setempat. Mereka tidak bisa menerapkan pajak barang karena transaksi di toko tidak menggunakan mata uang rupiah.
Bagaimana dengan akomodasi wisatawan tersebut? Bukankah mereka butuh penginapan juga saat berlibur selama 5 hari itu?
Ini juga menjadi permasalahan tersendiri bagi pemangku wisata di Bali. Tidak jarang, rombongan wisatawan asal Tiongkok menginap dengan menyewa satu villa untuk ditempati bersama-sama.Â
Dan villa atau guest house tersebut, bisa ditebak, merupakan milik pengusaha Tiongkok pula. Seperti yang dikatakan Meilan, kondisi ini sudah seperti roda yang berputar, uang dari Tiongkok, masuk ke toko/penginapan milik pengusaha tiongkok, dan memakai sistem pembayaran ala Tiongkok.
Tak hanya pemerintah Bali saja yang dirugikan. Wisatawan juga merasa ditipu. Mereka tidak punya kesempatan untuk melihat keindahan panorama alam Bali, karena waktu liburan mereka habis hanya untuk berkunjung dari satu toko ke toko lain. Dikhawatirkan, mereka nanti akan beranggapan Bali itu tidak menarik lagi, dan ujung-ujungnya berita buruk tentang Bali pun akan menyebar luas.
Karena itu, pemangku pariwisata Bali berharap pemerintah pusat mengambil langkah tegas terhadap praktik jual murah dan pola pariwisata seperti ini. Menurut Chandra Salim dari Komite Tiongkok Nasional, apa yang diterapkan pemerintah Thailand bisa ditiru oleh pemerintah setempat.
"Jika tidak membawa uang sekitar Rp 5 juta, dalam rekening tidak diberikan masuk Thailand untuk wisatawan Tiongkok," urai Chandra.
Sementara Ketua Komite Tiongkok DPP Asita Herry Sudiarto mengatakan perlu ada ketegasan pemerintah, sebelum semakin parah praktek -- praktek yang terjadi di dunia pariwisata Bali khususnya terkait pangsa Tiongkok.Â
"Pemerintah mesti berani tegas, untuk bisa Bali lebih bagus. Jika dibiarkan seperti ini jelas, akan semakin parah kedepannya. Mesti dibuatkan regulasi yang kuat, untuk bisa melindungi yang legal dan menertibkan yang ilegal," harapnya.
"Menjadi sangat aneh ketika kita di Indonesia mau ke Tiongkok, paling murah tiket, hotel dan makan habis sekitar Rp 20 juta. Berbanding Rp 600 ribu," pungkasnya.
Sumber Berita:
Balipost
Baliexpress