Satu bagian yang menarik dari humor yang ada dalam novel ini adalah bagaimana seorang wartawan memelintir hasil wawancaranya. Dan ini ditunjukkan dengan begitu gamblangnya oleh Agatha Christie.
Ia menuliskan, seorang wartawan hendak mewawancarai dua orang saksi yang ikut dalam penerbangan maut tersebut. Keduanya menolak untuk diwawancarai, meski diiming-imingi dengan sejumlah besar uang. Â Meski tidak berhasil mendapat tanggapan dari kedua saksi tersebut, toh si wartawan berhasil membuatnya menjadi berita. Bagaimana cara si wartawan mengubah penolakan wawancara menjadi sebuah berita penuh? Silahkan dibaca sendiri.
Eh bien, sebenarnya saya tak hendak membuat resensi novel tersebut. Saya hanya ingin menunjukkan, bahwa di jaman bahuela dulu (novel ini ditulis pada tahun 1935), wartawan sudah bisa memelintir sebuah hasil wawancara, setidaknya itu yang diceritakan oleh Agatha Christie. Apalagi di era digital sekarang, di mana clickbait sudah menjadi hukum alam dan pedoman dasar dari para jurnalis dan media digital.
Kita sering membaca judul-judul yang bombastis, yang mengundang kontroversi dan rasa penasaran para pembaca. Hasil wawancara penuh dikutip sepotong-sepotong, diambil pada bagian tertentu yang sekiranya menguntungkan media tersebut. Tak jarang, kutipan wawancara dipelintir sedemikian rupa supaya cocok dengan kepentingan si jurnalis dan media.
Yang terbaru dari kasus seperti ini adalah ucapan dari seorang Novel Bamukmin. Ada sebagian kutipannya yang -- entah dengan maksud apa - dipelintir oleh seorang jurnalis dari sebuah media (yang kredibel pula) sehingga menghasilkan judul dan berita yang clickbait, kemudian menjadi viral karena diteruskan oleh publik dengan tendensi khusus.
Dalam hak jawab yang juga dimuat di media tersebut, Novel Bamukmin menjelaskan kronologis pernyataannya yang dikutip secara berbeda. Dari kata CINTA menjadi PINTA. Berubah satu huruf, tapi menjadi sangat lain artinya.Â
Dari pernyataan "Cinta kepada Allah, Cinta kepada Rasulullah, Cinta Prabowo dan Sandi" menjadi "Pinta kepada Allah, Rasul, Prabowo-Sandi". Salah dengar atau sengaja dipelintir karena ada tendensi tertentu? Entahlah, tapi media lain memuat pernyataan Novel Bamukmin secara tepat, tidak berubah satu huruf pun.
Begitulah media dan jurnalis sekarang. Terkadang karena tuntutan pemuatan berita yang cepat, faktor ketepatan berita menjadi terabaikan. Bisa pula karena tuntutan clikcbait, sebuah pernyataan yang biasa saja dipelintir maknanya supaya bisa menggaet pembaca.
Jangan dikira media sekarang itu netral sepenuhnya. Jangan dikira pula jurnalis sekarang itu memiliki prinsip sebagai penyampai pesan saja, tanpa ada modus kepentingan yang melatarbelakanginya. Sulit dan sangat langka kita bisa menjumpai media dan jurnalis yang berdiri tepat di garis tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H