Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Bulan Muharram, Tahun Baru Islam dan Makna Hijrah yang Semestinya

11 September 2018   15:47 Diperbarui: 11 Agustus 2021   06:10 5321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: comingsoon.ae

Karena itu, menurut tafsir Ibnu Hajar, motif dari perintah berpuasa pada umat Islam di hari Asyura (bulan Muharram) adalah untuk menyelisihi budaya kaum Yahudi tersebut. Umat Islam berpuasa ketika orang Yahudi tidak, karena semestinya orang tidak berpuasa pada hari perayaan. (Fath al-Bari Sharh 'ala Sahih al-Bukhari).

Datangnya perubahan jaman mendatangkan pula perubahan terhadap makna bulan Muharram. Tahun Baru Islam yang diawali dengan bulan Muharram hanya dimaknai sebagai peringatan terhadap peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW saja. 

Lebih dari itu, makna hijrah juga mengalami pergeseran akibat adanya gesekan dengan pop culture. Sekarang, setiap perpindahan lazim disebut sebagai hijrah. Pindah kerja dibilang hijrah, bahkan politikus yang pindah partai pun dikatakan hijrah pula.

Makna Hijrah sesungguhnya lebih dalam daripada sekedar berpindah tempat saja. Hijrah, secara literal berasal dari bahasa Arab yang berarti 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat'. 

Dalam memperingati Tahun Baru Islam, seyogyanya kita tidak hanya memperingati peristiwa hijrahnya Rasulullah dan kaum Muhajirin saja. 

Lebih dari itu, kita juga harus bisa mengambil pelajaran penting tentang arti hijrah yang sebenarnya. Kita semestinya bisa mendudukkan kembali pengertian hijrah yang telah tergeser oleh budaya pop sehingga maknanya menjadi kering, hanya sekedar lip sync untuk menggambarkan perpindahan ragawi saja.

Ketika kita bicara hijrah yang semestinya, kita tahu bahwa dalam konteks syariat Islam, Hijrah berarti meninggalkan/menjauhkan keburukan dan perbuatan munkar untuk berpindah menuju kebaikan dan jalan yang ditempuh Rasulullah, yaitu jalan Allah.

Dengan demikian, ketika datang bulan Muharram - yang didalamnya kita peringati sebagai awal bulan Tahun Baru Islam - inilah saatnya kita berhijrah dengan semestinya. 

Bulan Muharram bukanlah bulan festival, sebagaimana yang dulu dilakukan oleh orang-orang Yahudi di jaman Jahiliyah. Bulan Muharram adalah bulan yang suci, Bulan Allah dimana setiap perbuatan maksiat akan dihukum lebih berat, dan perbuatan baik mendapat pahala yang lebih besar.

Kita peringati peristiwa hijrahnya Rasulullah dengan hijrah pribadi. Yakni dengan mengisi bulan yang suci ini dengan berbagai kegiatan peribadatan sebagaimana yang dianjurkan Rasulullah. Memperbanyak puasa sunnah, memperbanyak amal kebaikan dan menghindari segala perbuatan dosa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun