Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Bulan Muharram, Tahun Baru Islam dan Makna Hijrah yang Semestinya

11 September 2018   15:47 Diperbarui: 11 Agustus 2021   06:10 5321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: comingsoon.ae

Apa saja empat bulan haram seperti yang difirmankan Allah SWT tersebut?
Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban." (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Menurut Ibnu Abbas, empat bulan tersebut dinamakan bulan haram (suci) karena pada bulan-bulan itu seseorang yang melakukan maksiat dosanya akan lebih besar, dan begitu pula sebaliknya, jika melakukan kebaikan maka pahalanya juga akan lebih besar.

Kedudukan bulan Muharram sebagai bulan suci sangatlah mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim 2812).

Ada dua makna terkait bunyi hadist di atas. Yang pertama, Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah. Yang kedua, adalah anjuran untuk berpuasa di bulan Muharram, karena keutamaannya berada dibawah puasa wajib bulan Ramadhan.

Keistimewaan bulan Muharram tidak hanya diakui sebagai hak milik umat Islam saja. Pada zaman jahiliyah, umat Yahudi dan Nasrani, maupun kaum Quraisy juga menghormati bulan yang awalnya bernama Shoffar al Awwal. 

Pada bulan ini, umat Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram, sebagai bentuk rasa syukur pada Allah yang telah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya.

Ibn 'Abbas r.a berkata: 

"Rasulullah SAW datang ke Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari' Asyura ' (10 Muharram). Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, "Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir'aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian". Maka Rasulullah pun menganjurkan untuk berpuasa pula di bulan Muharram. (HR. Bukhari, no 1865).

Dalam riwayat Abu Musa, selain berpuasa, umat Yahudi juga menggunakan hari Asyura sebagai sebuah festival, dan para wanita mereka akan mengenakan perhiasan dan simbol-simbol pada hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun