Tak perlu jadi seorang pengamat sepakbola yang kompeten untuk bisa mengomentari setiap pertandingan Piala Dunia. Sepakbola adalah sihir yang sangat kuat. Yang bisa membuat seorang bapak tua dari desa menjadi komentator profesional.
"Sudah berapa-berapa Pak?" tanya saya kepada bapak tua yang duduk di dekat pintu sebuah warung kopi di tepi jalan raya desa Jiken, Kabupaten Blora Jawa Tengah. Saat itu pertandingan Jerman melawan Mexico sudah berlangsung di pertengahan babak kedua.
"1-0, Jerman kalah", jawab bapak tua tersebut sembari menoleh dan tersenyum. Matanya kemudian berpaling lagi ke layar televisi tabung berukuran 24 inchi yang terletak di atas meja di sudut warung kopi itu. Beberapa pembeli juga terlihat
Saya kemudian duduk di sebelahnya dan memesan secangkir kopi.
"Kopi klotok dua bu".
Pemilik warung mengangguk, dan berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan kopi pesanan saya.
Kopi klotok adalah sebutan untuk kopi hitam di desa ini. Sebenarnya kurang tepat disebut kopi, karena bahan dasar pembuatannya nyaris tidak ada kopi murninya. Sekitar 95% bahan yang digoreng untuk kemudin diseduh dan disebut kopi adalah kacang hijau dengan campuran jagung. Bubuknya sangat halus. Rasanya mirip dengan Kopi Ijo khas dari Tulungagung. Hanya saja Kopi Ijo Tulungagung ada aroma sangit/gosong, seperti bau kayu bakar.
Kopi klotok merupakan menu khas yang ada di hampir setiap warung kopi di daerah Blora, Lasem, Cepu hingga Bojonegoro. Cara menyajikannya juga bukan diseduh dengan air panas. Melainkan langsung dimasak. Bubuk kopi dimasukkan dalam panci yang berisi air yang sudah mendidih, kemudian dimasak selama kurang lebih satu menit. Mirip dengan cara penyajian Kopi ala Turki.
Tak lama kemudian kopi sudah terhidangkan. Di meja warung kopi itu, terhampar berbagai macam gorengan yang masih hangat. Sebuah mangkuk putih berisi lombok berukuran besar siap terletak di dekat baki berisi gorengan hangat tersebut. Saudara saya yang ikut nongkrong malam itu kemudian memesan nasi. Menunya? Nasi putih dengan sedikit sayur tauge diguyur bumbu pecel yang pedas yang disajikan diatas pincuk daun jati. Lauknya silahkan ambil sendiri, berupa gorengan tempe berselimut tepung tebal, kerupuk, atau weci/ote-ote.
Kembali lagi ke bapak tua dan Piala Dunia. Sambil matanya tak lepas dari layar televisi, sesekali bapak tua itu mengomentari setiap insiden yang terjadi. Dia menganalisa bahwa Jerman terlalu bernafsu menyerang, sehingga lini pertahanan mereka jadi sasaran dari serangan balik Meksiko yang cepat. Saya pun hanya bisa mengangguk dan mengiyakan setiap analisanya.
Begitulah. Sepakbola bisa mengubah seseorang yang dalam kesehariannya mungkin tidak pernah mengikuti perkembangan sepakbola dunia, menjadi komentator dan pengamat sepakbola yang handal. Piala Dunia juga bisa mengubah seorang bapak tua yang mungkin tidak pernah menerima pelajaran geografi dunia menjadi kenal dengan nama-nama negara atau daerah lain yang sebelumnya tidak pernah di dengar. Seperti ketika saya bertanya, "Yang sebelum ini siapa yang bertanding tadi pak?"
"Oh, tadi Kosta Rika lawan Siberia".
Nah, apa saya bilang. Bahkan bapak tua itu kenal dengan nama Siberia, sebuah kawasan di Rusia sana. Padahal maksudnya adalah Serbia.
Pertandingan pun berakhir dengan kekalahan Jerman. Saya kemudian beranjak dan hendak membayar. "Berapa bu?"
"Nasi satu kopi dua 7 ribu, gorengannya berapa?"
"Enam", jawab saya.
"Berarti 7 ribu tambah 3 ribu, 10 ribu mas".
Usai membayar dan melangkah keluar, saya mengkalkulasi harga dari hidangan di warung kopi tadi. Tujuh ribu untuk nasi dan 2 cangkir kopi, anggap saja secangkir kopi 2 ribu rupiah, berarti nasinya seharga 3 ribu rupiah. Sedangkan gorengannya lima ratus rupiah per biji. Murah meriah, seperti murah meriahnya Piala Dunia yang bisa kita nikmati gratis di Indonesia. Sayangnya, warung kopi tadi tidak menyediakan Kacang Garuda. Padahal tahu sendiri kan, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H