Satu generasi yang lalu, pendidikan Teknologi Informasi atau media digital dianggap sebagai sebuah keahlian khusus. Hari ini, mereka adalah kompetensi inti yang diperlukan seseorang untuk bisa sukses di sebagian besar karier. Itulah mengapa keterampilan digital adalah bagian penting dari kerangka pendidikan yang komprehensif.
Sayangnya, para pemangku pendidikan di negeri kita masih terjebak dalam pemikiran kaku, yang memandang Teknologi Informasi itu hanya sebagai alat. Â Mereka belum sampai pada pemikiran tentang cara memelihara kemampuan dan keyakinan siswa untuk unggul secara online dan offline di dunia di mana media digital ada di mana-mana.
Tingkatan Kecerdasan Digital
Sebagaimana IQ dan EQ -yang digunakan untuk mengukur kecerdasan umum dan emosional seseorang - kemampuan individu dari penggunaan media digital adalah kompetensi yang dapat diukur, yang disebut Digital Quotient (DQ): kecerdasan digital. Secara umum, kecerdasan digital dibagi dalam tiga tingkatan:
 Level 1: Kewarganegaraan Digital (Digital Citizenship). Yakni Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital dan media dengan cara yang aman, bertanggung jawab dan efektif.
Level 2: Kreativitas digital (Digital Creativity). Yaitu kemampuan untuk menjadi bagian dari ekosistem digital dengan menciptakan konten baru dan mengubah ide menjadi kenyataan dengan menggunakan alat digital.
Level 3: Kewirausahaan digital (Digital Enterpreneurship). Yaitu kemampuan untuk menggunakan media digital dan teknologi untuk menyelesaikan tantangan global atau menciptakan peluang baru.
Dari ketiga tingkatan diatas, tingkatan pertama yakni kewarganegaraan Digital cenderung diabaikan para praktisi pendidikan di Indonesia. Padahal, justru di level inilah terletak pondasi kecerdasan digital.
Kewarganegaraan Digital sebagai pondasi Kecerdasan Digital
Kita tidak perlu mengkhawatirkan masalah kreativitas digital karena saat ini sudah banyak sekolah yang berusaha untuk memberikan pendidikan digital pada anak-anak dengan menerapkan beberapa paparan literasi media, coding dan bahkan robotika. Yang semuanya dilihat secara langsung terkait dengan kelayakan kerja masa depan dan penciptaan lapangan pekerjaan.
Level ketiga, yakni kewirausahaan digital juga telah secara aktif didorong, khususnya dalam pendidikan tinggi. Banyak universitas terkemuka telah mengadopsi dan mengembangkan program atau inisiatif baru seperti technopreneurship dan hackathon kewirausahaan untuk mendorong budaya inovasi.
Namun kewarganegaraan digital sering diabaikan oleh para pendidik. Sementara disisi lain kita semua sadar akan adanya fakta bahwa penggunaan teknologi dan hidup di dunia digital adalah sebuah kebutuhan nyata, yang muncul bahkan sejak seseorang baru bisa belajar bicara. Karena itu, kita seharusnya sudah mulai belajar kewarganegaraan digital sedini mungkin, idealnya ketika seseorang mulai aktif menggunakan game, media sosial, atau perangkat digital apa pun.
Banyak yang berpendapat bahwa kompetensi digital ini bisa dipelajari sendiri, atau bahwa hal ini seharusnya dipelajari di rumah dengan orang tua sebagai penanggung jawab. Namun, harus disadari pula bahwa ada kesenjangan antara generasi x sebagai orang tua dan generasi z yang menjadi orang pertama yang benar-benar tumbuh  di era smartphone dan media sosial. Banyak orang tua atau guru dan pendidik yang tidak tahu bagaimana cara melengkapi anak-anak mereka dengan keterampilan ini.
Dunia digital bukanlah dunia yang benar-benar aman. Anak-anak bisa dengan mudahnya terpapar resiko cyber seperti kecanduan gawai/teknologi hingga penindasan maya (cyber bullying). Mereka juga bisa dengan mudah menyerap norma perilaku beracun yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain.
Delapan Keahlian Digital Citizenship
Karena itu diperlukan keterampilan dan keahlian khusus supaya anak-anak tidak mudah terpapar resiko saat mereka berinteraksi di dunia maya. Oleh DQ Institute, yakni lembaga think tank internasional yang menelurkan pemikiran kecerdasan digital ini, ada 8 keahlian tingkat pertama yang harus dipelajari sejak dini.
- Identitas warga digital: sebuah kemampuan untuk membangun dan mengelola identitas yang sehat secara online dan offline dengan penuh tanggung jawab.
- Pengelolaan waktu layar: kemampuan untuk mengelola waktu layar, multitasking, dan keterlibatan seseorang dalam game online dan media sosial dengan kontrol diri
- Penindasan maya: kemampuan mendeteksi situasi penindasan maya dan menanganinya dengan bijak.
- Manajemen cybersecurity/keamanan digital: kemampuan untuk melindungi data seseorang dengan membuat kata sandi yang kuat dan mengelola berbagai serangan cyber.
- Pengelolaan privasi: kemampuan untuk menangani dengan bijaksana semua informasi pribadi yang dibagikan secara online untuk melindungi privasi diri sendiri dan orang lain.
- Berpikir kritis: kemampuan untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang salah, konten yang baik dan berbahaya, dan kontak online yang dapat dipercaya dan dipertanyakan
- Jejak kaki digital: Kemampuan untuk memahami sifat jejak kaki digital dan konsekuensi kehidupan nyata mereka dan mengelolanya secara bertanggung jawab
- Empati digital: kemampuan untuk menunjukkan empati terhadap kebutuhan dan perasaan diri sendiri dan orang lain secara online.
Mengingat begitu berpengaruhnya media digital dalam kehidupan sehari-hari, sudah saatnya kita semua, terutama pemangku pendidikan memahami pentingnya kewarganegaraan digital sebagai dasar dari kecerdasan digital. Â Pemerintah bisa mempertimbangkan hal ini menjadi sebuah prioritas dalam konsep pendidikan nasional untuk menerapkan program kewarganegaraan digital sebagai bagian dari kerangka pendidikan kecerdasan digital secara menyeluruh. Kita tidak bisa begitu saja hanya memberikan bagian kreativitas digital dan kewirausahaan digital tanpa dilengkapi aspek kewarganegaraan digital sebagai pondasinya. Â
Dan yang paling penting adalah, kita harus memulai pendidikan kewarganegaraan digital dalam lingkup pengaruh kita sendiri: orang tua di rumah, guru di kelas mereka, dan para pemimpin di komunitas mereka. Tidak perlu menunggu. Bahkan, tidak ada waktu untuk menunggu. Anak-anak kita sudah tenggelam dalam dunia digital begitu dalamnya hingga bisa mempengaruhi seperti apa dunia itu besok. Terserah kepada kita untuk memastikan bahwa setidaknya mereka dilengkapi dengan keterampilan dan dukungan untuk menjadikan dunia digital sebagai tempat di mana mereka dapat berkembang.
Sumber: DQ Institute
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H