Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Skandal Facebook dan Mudahnya Mencuri Data Pribadi Orang Indonesia

22 Maret 2018   10:46 Diperbarui: 22 Maret 2018   10:51 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami akan belajar dari pengalaman ini untuk mengamankan platform kami lebih lanjut dan membuat komunitas kami lebih aman untuk semua orang maju," tambahnya.

Pada hari Rabu, COO Facebook Sheryl Sandberg juga membahas kontroversi Cambridge Analytica untuk pertama kalinya, "Seperti yang dia katakan, kami tahu bahwa ini adalah pelanggaran besar terhadap kepercayaan orang, dan saya sangat menyesal bahwa kami tidak melakukan cukup untuk menghadapinya," kata Sandberg di postingan akun Facebook pribadinya.

Aplikasi Lain Juga Bisa Mencuri Data Pengguna Facebook

Mengambil data pengguna Facebook sebenarnya bukan hal yang sulit, itu menurut pendapat Bernhard Rieder. Pada tahun 2009, Bernhard Rieder menciptakan sebuah aplikasi yang mirip dengan yang diduga membantu Cambridge Analytica mengumpulkan data pribadi 50 juta orang pengguna Facebook.

Rieder membangun alat yang ia sebut Netvizz, pengolah data Facebook untuk akademisi yang mempelajari jaringan sosial. Aplikasi, yang kata Rieder digunakan oleh lebih dari 100.000 peneliti, masih bekerja hingga hari ini. Meskipun kemampuan memperoleh datanya melemah ketika Facebook membuat perubahan pada antarmuka pemrogramannya di tahun 2015. Namun, Rieder memastikan data yang diperolehnya selalu dihapus secara berkala. Inilah yang seharusnya dilakukan para peneliti akademis. Persyaratan layanan Facebook (TOS) mendikte bahwa data apa pun yang dikumpulkan harus dihapus dalam 24 jam, tetapi Rieder mengatakan bahwa perusahaan tidak pernah memastikan bahwa ia telah melakukannya.

Secara bercanda, Rieder mengatakan ia bisa saja memperoleh sebuah mobil Lamborghini atas hasil pengumpulan datanya. Rieder menyandarkan candaannya ini pada fakta bahwa bisnis pengumpulan data pribadi adalah bisnis yang menggiurkan. Diketahui, Cambridge Analytica memperoleh hampir US$ 6 juta dalam pembayaran dari kampanye Donald Trump dan jutaan lainnya dari Partai Republik dan PACS menjelang pemilihan tahun 2016, dengan janji bahwa wawasannya tentang identitas orang-orang, teman-teman dan "suka" dapat membantu mempengaruhi pemilihan.

Mudahnya mencuri data pribadi di Indonesia

Bagaimana dengan di Indonesia? Tanpa menggunakan aplikasi di Facebook pun kita bisa dengan mudahnya memperoleh data pribadi atau data kependudukan orang lain. Tidak percaya? Bukalah mesin telusur Google. Kemudian ketikkan "kartu keluarga", atau "ktp" pada fitur pencarian gambar. Dalam sekejap, ribuan foto kartu keluarga atau ktp akan terpampang dengan jelas. Ironisnya, banyak diantaranya bersumber dari instansi pemerintah daerah, seperti situs Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Tak hanya itu, data pribadi nasabah bank juga seringkali disalahgunakan. Contohnya ketika saya mendapat telpon penawaran dari sebuah asuransi milik bank BUMN. Ketika saya tanya darimana dia dapat data alamat dan nomor telpon saya, sales asuransi tersebut mengatakan dia mendapat data dari bank karena asuransi itu masih satu grup. Ini sudah termasuk kategori penyalahgunaan data. Karena seharusnya pihak bank tidak boleh sembarangan memberikan akses data pribadi nasabahnya kepada pihak ketiga, meskipun itu anak perusahaannya sendiri.

Begitu pula dengan data nomor telpon seluler. Tentu kita pernah menerima sms dari nomor tak dikenal yang isinya menawarkan barang atau jasa. Darimana mereka dapat nomor telpon seluler kita? Sumber utama data nomor telpon yang mereka dapatkan biasanya berasal dari konter-konter penjual nomor perdana atau penjual pulsa. Berbeda jika sms tersebut mempunyai nama, misal dari Kominfo, atau perusahaan lain. Karena sms bernama itu tandanya mereka secara resmi membeli layanan iklan sms blast dari operator seluler.

Mudahnya data kita dicuri pihak lain menandakan belum tingginya kesadaran kita sendiri untuk menjaga data pribadi. Berkaitan dengan aplikasi pengambil data di Facebook, seringkali saya lihat beberapa teman media sosial menggunakan aplikasi kuis kepribadian dan kemudian dibagikan di beranda Facebook mereka. Padahal, justru aplikasi seperti ini yang rawan disalahgunakan.

Penyalahgunaan data pribadi tak hanya untuk kepentingan komersial. Bisa pula untuk tujuan politik, terlebih menjelang masa pemilihan umum atau pemilihan presiden. Kita bisa belajar dari kasus Facebook dan Cambridge Analytica, yang menyalahgunakan data pengguna Facebook untuk membantu kampanye Donald Trump, hingga akhirnya berhasil memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun