Sejarah kopi adalah sejarah peradaban dunia. Sejak pertama ditemukan dalam legenda Khaldi si penggembala kambing di Abyssina, Ethiopia, kopi telah menjadi inspirasi dan rangsangan para imam, seniman, penulis, pemimpin dunia, hingga para radikal revolusioner.Â
Meski sudah ditemukan sejak abad ke-9, biji kopi baru benar-benar diperdagangkan sejak abad ke-13.
Sejarah yang dimulai dari kota Mekkah
Disinilah kedai kopi pertama mulai dibuka, tepatnya tahun 1473 disebuah tempat bernama Kiva Han. Sumber lain mengatakan pertama kali masuk ke Turki sekitar tahun 1517.
Dianggap mempunyai prospek bisnis yang bagus, sejak tahun 1500 orang-orang di Mocha, Yaman mulai memperdagangkan kopi dan mengapalkannya ke Mesir dan Afrika Utara. Kedai kopi pertama atau kaveh kanes dibuka di Mekkah dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Arab, hingga kemudian berkembang menjadi tempat bermain catur, gosip, tempat pertunjukan tari-tarian hingga tempat favorit untuk bergosip politik.Â
Hal ini menyebabkan penguasa kota Mekkah pada tahun 1511 melarang peredaran kopi dan menutup semua kedai kopi di Mekkah. Namun, pelarangan ini kemudian dicabut usai Sultan Mesir mengatakan kopi adalah minuman yang baik. Bisnis kedai kopi pun berjalan lancar kembali.
Pada tahun 1575, Kedai kopi mulai bermunculan di seluruh Mesir, Turki dan Suriah dengan kota-kota seperti Kairo, Istanbul dan Aleppo menjadi pemimpin pasar kopi saat itu. Tahun 1586, kopi mulai dikenal di Eropa setelah ahli botani Jerman, Leonard Rauwolf menuliskan pengalamannya di sebuah kertas cetakan usai mempelajari kopi dari kota Aleppo, Suriah.
Referensi dari Rauwolf ini kemudian didukung oleh tulisan dari Prospero Alpini, seorang ahli botani dari Italia pada tahun 1592. Dalam bukunya yang berjudul "The Plants of Egypt", Alpini dengan tepatnya mendeskripsikan tanaman kopi dan minuman yang dihasilkan dari biji buahnya.Â
Referensi tentang kopi mulai bermunculan, salah satu diantaranya ditulis oleh ahli botani Italia Onorio Belli di tahun 1596 dalam surat yang ditujukan pada Charles de l'Ecluse, seorang dokter dan ahli botani Prancis. Belli bercerita tentang "benih yang digunakan orang Mesir untuk membuat cairan yang mereka sebut 'cave'".
Kopi juga mulai masuk ke lingkungan tahta suci Vatikan. Dibawa oleh para pedagang muslim, minuman "aneh dan penasaran ini" akhirnya sampai di tangan Paus Klemens VIII. Para imam dan penasehat Kepausan waktu itu hendak menunjukkan pada Paus Klemens VIII perihal minuman "yang membahayakan" dan meminta Paus Klemens VIII mengeluarkan larangan.Â
Yang terjadi malah sebaliknya. Setelah mencicipi minuman kopi, Paus Klemens VIII berkata, "Mengapa, minuman Setan ini sangat lezat, ... sangat disayangkan membiarkan orang-orang kafir menggunakannya secara eksklusif".Â
Kopi kemudian tak hanya dikenal bangsa Italia dan Prancis. Sejak tahun 1598, orang Belanda juga tahu tentang kopi melalui tulisan seorang penjelajah bernama Paludanus. Di Inggris, penjelajah Anthony Sherley di tahun 1599 menuliskan perjalanannya di Timur Tengah dan bercerita tentang "orang-orang kafir terkutuk yang minum minuman keras tertentu, yang mereka sebut Coffe".Â
Seorang Inggris lainnya, Kapten John Smith, juga menyebutkan "Coffa" dalam bukunya Travels and Adventure. Kapten Jhon Smith pula yang kemudian memperkenalkan pengetahuan kopi di benua Amerika Utara pada tahun 1607.
India tak ketinggalan terkena wabah kopi, melalui Baba Budan, seorang spiritualis usai mengunjungi kota Mekkah dan Yaman. Tertarik dengan efek kafein yang membuat tubuh terasa segar, Baba Budan menyelundupkan biji kopi yang dia peroleh dari Yaman dalam perjalanan pulangnya ke India pada tahun 1600.
Kopi kemudian juga menjadi minuman yang populer di Prancis berkat jasa Sulaeman Aga, seorang diplomat kekaisaran Ustmani Turki. Ketika itu di tahun 1669, Sulaeman Aga sedang mengunjungi raja Louis XIV di Versaille.Â
Tersinggung dengan sikap Sulaeman yang berpakaian sederhana dan menolak untuk menunduk padanya, Louis XIV mengusir sang diplomat ke Paris. Disana, Sulaeman kemudian mengadakan pesta kopi dan mengundang wanita-wanita Prancis untuk bergabung di pestanya. Sejak itulah kopi menjadi minuman yang populer disana.
Negara Eropa lainnya, Jerman, baru mengenal kopi di tahun 1673 ketika kedai kopi pertama di kota Bremen dibuka. Ironis, karena justru orang Jerman lah (Leonard Rauwolf) Â yang pertama kali membuat literatur cetak tentang kopi.Â
Sebaliknya, meski tertinggal hampir seratus tahun untuk mengenal kopi, di negara inilah majalah tentang kopi pertama kali diterbitkan dengan judul The New and Curious Coffee House yang ditulis oleh Lorentz Schoepffwasser. Judul lengkapnya adalah "The New and Curious Coffee House, formerly in Italy but now opened in Germany. First water debauchery. "City of the Well." Brunnenstadt by Lorentz Schoepffwasser"
Komponis terkenal Jerman, Johann Sebastian Bach pun tergugah oleh keriuhan tentang kopi. Ketika itu, orang-orang miskin di Jerman mulai menggerutu karena mereka tidak mampu membeli kopi. Masyarakat kelas atas dan beberapa dokter juga menyebarkan desas-desus yang mengatakan bahwa kopi menyebabkan kemandulan sehingga orang miskin tidak boleh minum kopi.Â
Sebagai bentuk protes atas mahalnya harga kopi dan gosip tidak jelas itu, pada tahun 1732 Bach membuat komposisi Coffee Cantata dan mengatakan, "Saya perlu minum kopi, secangkir kopi, jika Anda ingin memberi saya makanan - tuangkan secangkir kopi untuk saya."
Terbitnya Manifesto Bir dan Kopi
Menyadari bahwa rakyat Jerman lebih suka minum kopi daripada bir asli Jerman, Raja Frederick II, atau lebih dikenal sebagai Frederick The Great melarang peredaran kopi di negaranya dengan menerbitkan Manifesto Bir dan Kopi di tahun 1777. Bukan karena tidak suka kopi sebagaimana pendahulunya Raja Frederick I, sang anak Frederick II hanya takut banyak uang yang keluar dari pundi-pundi Jerman dan masuk ke rekening pedagang asing.Â
Dia mengeluarkan Manifesto Bir dan Kopinya untuk meyakinkan bangsanya bahwa mereka harus tetap minum bir Jerman. Dalam manifesto tersebut, Frederick mengatakan hanya orang-orang tertentu yang mempunyai lisensi dari kerajaan yang diperbolehkan menyangrai kopi.Â
Sayangnya, Frederick memberikan lisensinya pada orang-orang kaya, terutama pada kerabatnya sendiri. Frederick bahkan benar-benar menugaskan beberapa prajuritnya untuk berjalan-jalan dan mengendus orang-orang yang memanggang kopi secara tidak sah.
Jauh diseberang Eropa, kopi sudah mulai masuk ke wilayah Asia Tenggara. Pada tahun 1696 walikota Amsterdam Nicholas Witsen memerintahkan Adrian Van Ommen, komandan VOC di Pantai Malabar, India untuk membawa biji kopi ke Batavia atau sekarang disebut Jakarta.Â
Biji kopi tersebut diujicoba untuk ditanam di lahan pribadi Gubernur-Jendral VOC Willem Van Outhoorn. Ujicoba tersebut gagal karena tanaman tersebut rusak terkena banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar, dan berhasil.Â
Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa tersebut dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik hingga pemerintah Belanda menyebut biji kopi hasil kultivasi di pulau Jawa tersebut sebagai Java Coffee.Â
Selanjutnya tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Kisah heroik Gabriel Mathieu de Clieu
Belanda juga yang berjasa memperkenalkan kopi ke Amerika Selatan. Kopi pertama kali tiba di koloni Belanda Suriname pada tahun 1718. Di tempat lain, kopi memulai perjalanannya menyeberangi Samudera Atlantik melalui kisah heroik dari Gabriel Mathieu de Clieu, seorang perwira angkatan laut Prancis. Ketika itu, Gabriel sedang dalam masa cuti penugasannya di Martinique, negeri koloni Prancis.Â
Gabriel meminta kepada raja Prancis Louis XIV agar diijinkan membawa sedikit benih pohon kopi, yang saat itu termasuk pohon paling dilindungi dan hendak ditanamnya di Martinique. Permintaan Gabriel ditolak oleh sang raja.Â
Tidak putus asa, Gabriel akhirnya mencuri benih pohon kopi dari Royal Botanical Garden saat Raja dan segenap bangsawan istana mengadakan pesta. Ia kemudian bergegas menuju ke pelabuhan tempat kapalnya hendak lepas jangkar kembali ke Martinique.
Pulau-pulau di Karibia yang menjadi koloni Prancis ini menghasilkan panen kopi yang begitu besar sehingga Raja Louis XIV akhirnya memaafkan Gabriel karena pencuriannya dan menjadikannya Gubernur Antillen Belanda. Hasil dari kultivasi tanaman kopi di Martinique ini kemudian menjadi nenek moyang dari perkebunan kopi lainnya di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Lahirnya Espresso dan Kelakar JFK tentang Kopi
Setelah mengalami perjalanan panjangnya, kopi akhirnya memasuki era modernisasi proses penyeduhannya. Dimulai ketika fisikawan Inggris Sir Benyamin Thompson menemukan alat drip coffeepot atau penetes kopi dan cerek penyaring kopi pada tahun 1814.Â
Dilanjutkan dengan penemuan desain mesin espresso, atau metode penyeduhan kopi dengan tenaga uap oleh Luis Bernard Rabaut dari Prancis di tahun 1822. Namun, nama Luigi Bezerra dan Desiderio Pavoni lah yang sepenuhnya mengubah wajah kopi menjadi lebih modern.Â
Pada tahun 1904, Luigi Bezerra mematenkan mesin espresso untuk penggunaan secara komersial. Dan La Pavoni yang kemudian membeli hak paten tersebut menyempurnakan teknik penyeduhan kopi dari mesin espresso milik Bezerra. Mesin espresso hasil kolaborasi Bezerra dan Pavoni bahkan mampu menghasilkan 1000 sloki/cangkir espresso per jam nya.
Mungkin bagi JFK krisis Kuba yang terjadi pada tahun yang sama lebih mudah diatasi daripada harus menghadapi kenyataan tidak ada secangkir kopi di pagi hari.
Kelakar JFK tentang bumi akan kiamat jika tidak ada kopi sepertinya dianggap serius oleh pelaku bisnis di Amerika Serikat. Buktinya, perusahaan franchise minuman kopi terbesar, Starbucks, Â lahir di Seattle, Amerika Serikat pada tahun 1971. Starbucks juga menjadi role model bagi perusahaan franchise makanan cepat saji McDonald dan Dunkin Donuts, yang kemudian mulai menyajikan menu minuman kopi disetiap outletnya.
Memasuki era milenial, terjadi pergeseran trend dari para peminum kopi. Banyak dari mereka yang lebih menyukai kopi seduhan tanpa ampas dan campuran apapun, atau dikenal dengan istilah "Single Origin". Sebagian yang lain mulai melakukan eksperimen teknik penyeduhan kopi.Â
Tahun 2005, penemu mainan terkenal, Alan Adler akhirnya berhasil mengembangkan versi lain dari alat seduh kopi French Press menjadi lebih modern dan lebih mudah digunakan, yang ia beri nama Aeropress. Dan di tahun 2012, Starbucks merilis mesin pembuat kopi versi rumah tangga yang sangat canggih, Verismo. Mesin ini diklaim bisa membuat kopi jenis Espresso, Latte, Americano, ataupun Single Origin dengan rasa mirip seperti yang dihidangkan Starbucks di outletnya.
Sejarah kopi, yang diawali dari sebuah penemuan kebetulan telah menghasilkan gelombang perubahan yang menghiasi sejarah dunia pada umumnya. Tapi, perjalanan kopi tidak akan pernah berhenti, sebagaimana para peminum kopi yang tidak akan pernah berhenti minum selama tanaman kopi masih ada disetiap perkebunan di dunia ini.
Catatan: referensi tentang sejarah kopi yang ada di banyak website merujuk pada buku Uncommon Grounds: The History of Coffee and How It Transformed Our World. By Mark Pendergrast. New York: Basic Books, 1999.
Referensi online: Gocoffeego
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H