Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Mekkah Sampai Amerika, Sejarah Kopi yang Mengubah Wajah Dunia

18 Maret 2018   23:41 Diperbarui: 20 Maret 2018   01:08 3657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (foursquare.com)

Kopi kemudian tak hanya dikenal bangsa Italia dan Prancis. Sejak tahun 1598, orang Belanda juga tahu tentang kopi melalui tulisan seorang penjelajah bernama Paludanus. Di Inggris, penjelajah Anthony Sherley di tahun 1599 menuliskan perjalanannya di Timur Tengah dan bercerita tentang "orang-orang kafir terkutuk yang minum minuman keras tertentu, yang mereka sebut Coffe". 

Seorang Inggris lainnya, Kapten John Smith, juga menyebutkan "Coffa" dalam bukunya Travels and Adventure. Kapten Jhon Smith pula yang kemudian memperkenalkan pengetahuan kopi di benua Amerika Utara pada tahun 1607.

India tak ketinggalan terkena wabah kopi, melalui Baba Budan, seorang spiritualis usai mengunjungi kota Mekkah dan Yaman. Tertarik dengan efek kafein yang membuat tubuh terasa segar, Baba Budan menyelundupkan biji kopi yang dia peroleh dari Yaman dalam perjalanan pulangnya ke India pada tahun 1600.

Kopi kemudian juga menjadi minuman yang populer di Prancis berkat jasa Sulaeman Aga, seorang diplomat kekaisaran Ustmani Turki. Ketika itu di tahun 1669, Sulaeman Aga sedang mengunjungi raja Louis XIV di Versaille. 

Tersinggung dengan sikap Sulaeman yang berpakaian sederhana dan menolak untuk menunduk padanya, Louis XIV mengusir sang diplomat ke Paris. Disana, Sulaeman kemudian mengadakan pesta kopi dan mengundang wanita-wanita Prancis untuk bergabung di pestanya. Sejak itulah kopi menjadi minuman yang populer disana.

Negara Eropa lainnya, Jerman, baru mengenal kopi di tahun 1673 ketika kedai kopi pertama di kota Bremen dibuka. Ironis, karena justru orang Jerman lah (Leonard Rauwolf)  yang pertama kali membuat literatur cetak tentang kopi. 

Sebaliknya, meski tertinggal hampir seratus tahun untuk mengenal kopi, di negara inilah majalah tentang kopi pertama kali diterbitkan dengan judul The New and Curious Coffee House yang ditulis oleh Lorentz Schoepffwasser. Judul lengkapnya adalah "The New and Curious Coffee House, formerly in Italy but now opened in Germany. First water debauchery. "City of the Well." Brunnenstadt by Lorentz Schoepffwasser"

Komponis terkenal Jerman, Johann Sebastian Bach pun tergugah oleh keriuhan tentang kopi. Ketika itu, orang-orang miskin di Jerman mulai menggerutu karena mereka tidak mampu membeli kopi. Masyarakat kelas atas dan beberapa dokter juga menyebarkan desas-desus yang mengatakan bahwa kopi menyebabkan kemandulan sehingga orang miskin tidak boleh minum kopi. 

Sebagai bentuk protes atas mahalnya harga kopi dan gosip tidak jelas itu, pada tahun 1732 Bach membuat komposisi Coffee Cantata dan mengatakan, "Saya perlu minum kopi, secangkir kopi, jika Anda ingin memberi saya makanan - tuangkan secangkir kopi untuk saya."

Bach dan Coffee Cantata (wikimedia commons)
Bach dan Coffee Cantata (wikimedia commons)

Terbitnya Manifesto Bir dan Kopi

Menyadari bahwa rakyat Jerman lebih suka minum kopi daripada bir asli Jerman, Raja Frederick II, atau lebih dikenal sebagai Frederick The Great melarang peredaran kopi di negaranya dengan menerbitkan Manifesto Bir dan Kopi di tahun 1777. Bukan karena tidak suka kopi sebagaimana pendahulunya Raja Frederick I, sang anak Frederick II hanya takut banyak uang yang keluar dari pundi-pundi Jerman dan masuk ke rekening pedagang asing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun