Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tren Kecemasan New Parents dan Parents To Be

11 September 2016   21:37 Diperbarui: 11 September 2016   23:55 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parental Movement. Saatnya Bangkit!

"We never know the love of a parent till we become parents ourselves." (Henry Ward Beecher)

[caption caption="Ilustrasi: Move On (sumber: hipwee.com)"]

[/caption]

Beberapa orang mungkin akan mencibir pengalaman di atas sebagai sesuatu yang lebay (berlebihan). Tapi, ketahuilah bahwa apa yang kami alami sebagai "new parents" adalah semata-mata karena naluri keibuan dan rasa sayang yang sangat besar untuk membahagiakan anak kami.

Ada benang merah yang dapat kita tarik dari beberapa cerita di atas, yaitu bahwa rasa pesimis itu sering muncul ketika kita berkaca pada diri sendiri. Saat itulah kita merasa diri ini sangat kecil untuk dititipkan tanggung jawab sebesar ini.

Ada fase galau, berarti harus ada fase bangkit. Namun untuk mencapai fase bangkit, ada titik balik yang harus kita lalui terlebih dulu. Titik balik ini seperti tombol "pause" yang memerintahkan kita berhenti bersedih demi kebaikan anak kita, menyadarkan kita bahwa kita tak boleh mengutuk diri terus-menerus. Melewatinya mungkin tak mudah, tapi biarkan waktu yang membiasakan kita berproses.

Kita harus bangkit! Bagaimana caranya? Berikut tips dari teman-teman saya yang telah melewati masa kritis tersebut.

1. Kita harus bangkit dan mulai percaya pada kemampuan kita sendiri. Yakinlah bahwa Allah tak mungkin mengamanahkan ini kepada anda jika Allah menilai anda tak layak. Bersyukurlah..

2. Berkacalah di cermin dan tatap baik-baik diri Anda. Anda tak pantas bersedih, karena bersedih hanya akan meredupkan pancaran aura bahagia yang sebelumnya selalu menghiasi wajah anda. Believe, that a little smile could call a new spirit.. Lalu, tataplah wajah anak anda baik-baik. Apakah anda yakin ingin menjadi orang tua depresi yang kerjanya hanya menangis terus-menerus? Kalau begitu, siapa yang akan memberinya makan? Siapa yang akan menyekolahkannya? Tentu tidak kan?

3. Jangan terlalu sering menyendiri. Ajaklah suami, orang tua, dan kerabat terdekat untuk ikut menemani dan memberi semangat. Jangan ragu untuk berbagi dan meminta saran dari orang-orang yang sudah berpengalaman seperti ibu, tante, atau nenek kita. Mereka yang sudah berhasil membesarkan kita tentu tau trik-trik mengasuh anak.

4. Take your "me time". Lepaskan diri sebentar dari rutinitas merawat anak. Anda mungkin jenuh. Namun, tak ada salahnya bila sesekali anda bersantai atau menghibur diri beberapa saat, melakukan hal-hal yang mungkin sudah jarang Anda lakukan saat hamil atau baru melahirkan. Anda bisa ke salon untuk spa dan relaksasi, atau ke mall untuk berbelanja barang-barang yang anda senangi atau sekedar window shopping, ke kafe untuk nongkrong dengan teman-teman, atau ke toko buku mencari sumber inspirasi. Biasanya, para ibu melakukan ini saat suami atau ibu/mertuanya ada di rumah, jadi ada orang yang bisa dipercaya untuk menjaga anak kita saat kita di luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun