Ngomongin cinta emang gak ada habisnya.. Kalo lagi jatuh cinta, siap-siap segala pikiran terkuras untuk mikirin si dia.. Apalagi kalo udah jadian, rela deh pulsa atau kuota habis karna kepake nelpon, bbman, atau nge-stalk sosmednya. Hehehe.. Iya donk, namanya juga pacar.. Demi dia, kita harus jadi orang pertama yang tau kabar si dia.. Segala cara pun kita lakukan untuk membahagiakan dia.
Bahkan, saat suasana dan orang-orang di sekitar kita kurang mendukung atau nggak merestui, kita pun rela menjalani hubungan dengan format backstreet. Tujuannya jelas, agar hubungan kita bisa terus berjalan, tanpa dicampuri atau diusik oleh pihak-pihak lain yang berpotensi menggagalkan berlanjutnya hubungan.
Membahas tentang Backstreet, mungkin sebagian orang, khususnya anak muda paham arti istilah ini. Ada pula yang menganalogikan backstreet seperti main kucing-kucingan. Mungkin karena tingkah laku pasangan-pasangan backstreet yang suka nge-date atau ketemuan secara sembunyi-sembunyi. Hehehe.. Saya jadi inget beberapa minggu lalu di rumah saya ada kucing yang nyolong ikan mama saya.
Mama marah luar biasa.. Sampai dendam.. Katanya kalo ketemu sama kucing yang nyolong itu, bakalan digebukin pake sapu.. Hehehe.. Nah, ini dia contoh dampaknya kalo berani backstreet (main kucing-kucingan) secara sembunyi-sembunyi terus ketahuan, bisa mancing kemarahan atau emosi orang-orang yang merasa dirugikan.
Beberapa orang yang menjalani hubungan berjenis backstreet ini biasanya berprinsip seperti ini: "Nggak apa-apa deh, jalan diam-diam.. Yang penting kita jalani aja dulu.. Sambil berharap sikonnya mendukung..".
Ada juga yang karena tidak direstui oleh ortunya si pacar, tapi takut kehilangan sang pujaan hati, akhirnya mengajak pacarnya backstreet, dengan harapan semoga besok-besok orang tuanya bisa merestui.
Keputusan untuk backstreet juga bisa timbul karena kesepakatan kedua belah pihak (cowok dan cewek) yang tidak ingin hubungannya diketahui oleh siapapun.
Alasannya, mereka merasa lebih santai jika menjalani hubungan berdua saja, nggak mau ribet atau repot menghadapi mulut-mulut yang gemar berbisik usil atau mata-mata iseng yang suka ikut campur, mengusik kestabilan hubungan. Sebagai contoh: omongan tetangga sebelah rumah yang suka berujung fitnah yang penyebarannya sulit dikontrol.
Oke.. Sebijak-bijaknya alasan yang melatarbelakangi keputusan untuk backstreet,tetap saja tindakan ini sangat tinggi resikonya bila dibiarkan berlarut-larut dalam waktu yang lama. Apalagi, jika pacarannya sudah serius dan orang tua masih belum ada tanda-tanda memberi restu, karna masih kurang sreg dengan orang yang kita pilih. Bisa stres berdua untuk menentukan kelanjutan hubungan mau dibawa ke mana. Mau putus? Salah.. Tapi, masa iya mau lanjut tanpa kepastian?
Nah.. Inilah yang agak mengusik pikiran saya..
Saya bukannya tidak setuju dengan komitmen atau apapun yang telah dibangun bersama pasangan (dalam hal ini: pacar, belum suami atau isteri).. Tapi, saya hanya menyayangkan beberapa kerugian yang mungkin ditimbulkan dari keberanian ber-backstreet ini.Â