Let's go to Mr. Hamburger's home..
***
"Alma.. Could you speak louder? I can't hear your voice..".
"Y-Yes..I am sorry, Sir..".
Gugup. Itu kesan yang kurasa saat pertama bertemu di sesi Introduction dengan si Mister Hamburger. Sebenarnya namanya Beno, orang Indonesia asli. Lahir dan besar di UK menjadikannya fasih ngomong Inggris. Aksen Indonesia-nya malah nyaris tak terdengar. Aku lebih memilih menyebutnya Mr. Hamburger. Mengapa? Ehm.. Alasannya sih simple.. Gara-gara suaranya yang (menurutku) terkesan sangat seksi saat melafalkan kata itu. Aku ingat waktu first meet Advanced Level di English Class bimbingannya. "Pronounciation", topiknya. Aku ingat sekali mulutnya sampai manyun-manyun lucu melafalkan kata demi kata sambil sesekali protes akan cara pengucapan kebanyakan orang Indonesia saat berbahasa Inggris yang kadang medok khas kedaerahannya masih suka kumat. Sedikit menyindir, barangkali.. Ehm.. Perihal ini aku sedikit tidak setuju dengannya.. Semakin medok semakin Indonesia, bukan?
Fasih ngomong Inggris bukan berarti ia anti-nasionalisme. Ia berdalih jika kita memang niat mempelajari bahasa atau sastra bangsa lain, baik itu kosa kata, struktur bahasa, kita pun tentunya tidak ingin salah dalam mengucapkannya. Mengapa? Menghindari miskomunikasi, alasannya..
Okey.. Aku memang kagum pada Mister Hamburger, tapi untuk menyebut kekaguman ini sebagai cinta mungkin terlalu cepat. Kegugupan yang tiba-tiba muncul di hari pertama Pronounciation Class itu kuanggap hanya reaksi biasa atas ketidakmampuanku mengendalikan hormon. Gugup? Itu nggak aku banget! Aku belajar dari kegagalan dan rasa kecewa yang dialami kakak-kakak perempuanku pada pacar-pacar mereka. Sakit hati, cemburu, tangis, pertengkaran menjadi makanan sehari-hari. Capek! Kalau tak percaya, tanya saja pada teman-temanku. Alma bukan cewek yang gampang jatuh cinta. Ingat itu!
Lantas, bila memang tak cinta, kenapa aku harus pusing? Dan.. Kenapa harus dibahas? Baiklah.. Harus kuakui semua ini berawal dari sebuah mimpi yang kualami saat tidur beberapa minggu lalu. Bayangkan saja, aku mimpi menikah dengan Mister Hamburger! Yang benar saja!
Dugaan kuat adalah mungkin saking lelapnya, aku jadi tak mampu mengatur mimpiku sendiri. Oke.. Oke.. Mungkin ada yang protes sambil bersungut-sungut, "Memangnya ada orang yang bisa mengatur mimpi?". Iya.. Harus kuakui bila aku hanya manusia biasa yang tak punya kemampuan ekstrim seperti itu.. Tapi jangan Mister Hamburger juga donk yang seenak-enaknya mengusik tidur nyenyakku.. Dan kenapa harus bertemakan pernikahan? Lalu, kenapa harus aku dan si Mister Hamburger yang jadi pengantinnya?
"Kayaknya nih, Al.. Lo jatuh cinta sama si Mister Hamburger!". Kata-kata yang keluar dari mulut Ninik, sahabatku, membuyarkan lamunanku. Bagaimana tidak? Tuduhan yang dilontarkannya seolah keluar begitu saja, tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
"Enak aja.. Nggak mungkinlah.. Lo kan tau sendiri.. Gue bukan tipikal orang yang semudah itu jatuh cinta..", bantahku.
"Lah.. Trus kenapa harus dimimpiin segala?"