Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Haruskah Sama?

12 Mei 2015   15:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggak akan ada yang sama persis dengan Fadlan, dengan dirimu..", ucapanku ini seketika membuat Ovi menoleh ke arahku, kaget. "Bahkan Fadlan pun sebenarnya memiliki banyak sekali hal yang membuat kalian berdua berbeda, hanya kamu saja yang terlalu terlena dengan kesamaan-kesamaan yang kalian punya."

Ovi tertunduk. Lemas.

"Vi.. Coba hitung, sudah berapa banyak waktu yang kamu sia-siakan untuk menunggu seseorang yang sebenarnya nggak pernah ada?"

"Coba buka mata kamu, Vi.. Buka hati kamu.. Liat sekeliling kamu.. Apakah semua pasangan di dunia ini terlihat sama?"

Ovi menggeleng. "Kupikir, jika kami sama, kami akan mudah untuk membuat keputusan. Nggak perlu ada pertengkaran dan perdebatan panjang."

"Kalau begitu, coba pikir.. Apa kira-kira alasan Fadlan lebih memilih cewek itu?", aku memberanikan diri menanyakan hal sensitif ini pada Ovi.

"Aku nggak tau.."

"Coba pikir lagi.. Kalau memang Fadlan nyaman dengan segala macam persamaan yang ada pada diri kalian, ngapain dia mesti jauh-jauh nyari bule untuk dijadikan istri? Padahal jelas-jelas ada cewek yang sama-sama pribumi lagi nungguin dia di sini dengan setianya.."

Ovi terisak, kedua tangannya ditangkupkan menutupi wajahnya. Ia nampak gusar. "Aku nggak pernah ngerti tentang itu!"

"Kamu mau tau jawabannya?", Ovi tidak menjawab. Tapi saat ia menengok ke arahku, kerutan di keningnya menyiratkan bahwa ia butuh jawaban.

"Itu karena Fadlan sudah lebih dulu membuka mata dan hatinya, Vi..", ujarku. "Fadlan mungkin sebelumnya melihat hubungan kalian terlalu monoton, layaknya TV hitam-putih, tidak ada celah bagi warna lain untuk membuat dunia kalian lebih berbeda, lebih ceria.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun