Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita DISSA dan Warna-Warni Musik Indonesia.. Sebuah Konsistensi, Sebuah Strategi

19 Maret 2015   12:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_403978" align="aligncenter" width="590" caption="Dissa (dok. Kompasiana)"][/caption]

Setuju kan, kalau seiring perkembangan jaman, musik telah bertransformasi menjadi sebuah lifestyle? Kenyataannya, saat ini musical taste (selera musik) seseorang kerap menjadi sebuah identitas untuk mengenalkan diri pada satu lingkup pergaulan.

Layaknya makhluk hidup, dari waktu ke waktu, musik terus beradaptasi dengan trend, mencari pencerahan, mendewasakan diri, dan tanpa kita sadari musik telah membangun rumahnya sendiri di hati kita, para penikmat musik.

Melirik hingar-bingar dunia musik, rasanya nggak mungkin jika nggak diramaikan dengan sebuah persaingan. Inilah yang kemudian mendorong kreativitas para musisi untuk terus berinovasi menciptakan karya-karya yang fresh dan enak didengar agar penikmat musik memberi respon positif. Itulah keuntungan kita sebagai pendengar, kuping kita selalu dimanjakan oleh musisi-musisi kesayangan. Senangnya..

Kompetisi ini pun otomatis memicu insan-insan musik berlomba memperebutkan signature color mereka demi memastikan eksistensi mereka di tengah hiruk-pikuk industri musik. Ini penting agar publik bisa menemukan perbedaan musik mereka dengan musisi lain melalui ciri khas yang mereka punya. Di sini, peran genre sebagai penentu identitas musisi sangat diperlukan.

Di tengah maraknya persaingan ini, hadir satu band yang menamakan diri mereka, DISSA. Berbasis di Bandung, empat anak muda pecinta musik ini berhasil menembus ajang Meet The LAbels berkat keberanian mereka menggebrak sisi egoisme masing-masing personel dan memadukannya ke dalam karya. Genre pop yang berpadu dengan harmonisasi gitar yang unik dan sedikit sentuhan rock sukses membuat mereka terpilih menjadi satu dari sepuluh finalis Meet The LAbels yang berhak rekaman di bawah naungan label musik ternama di Indonesia.

Tampil sebagai bintang tamu dalam acara "Kompasiana Ngulik: Ngobrolin Genre Musik Indonesia bareng DISSA", Jumat (13/3) lalu di Ruang Studio Kompasiana, Mirkal (vokal), Agha (gitar), Adit (gitar), dan Aris (keyboard) banyak menceritakan pengalaman mereka dalam bermusik. Mereka mengakui bahwa skill dan musikalitas sangat menentukan kualitas karya yang dihasilkan. Karenanya, Dissa terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengasah keahlian aransemen mereka.

[caption id="attachment_403982" align="aligncenter" width="560" caption="Dipandu oleh Nadia Fatira, Kompasiana Ngulik membahas tentang genre musik Indonesia bareng band pendatang baru, Dissa (dok. Pribadi)"]

14267417981803974532
14267417981803974532
[/caption]

Di tengah keberagaman musik (pop, R&B, jazz, country, reggae, hiphop, dangdut, rock, disco, dll.) dan perkembangan trend musik yang superdinamis, Dissa memutuskan menarik benang merahnya dengan memilih genre pop, terinspirasi oleh Dewa, Slank, Padi, dan musisi-musisi instrumental sekelas Kenny G. Warna vokal Mirkal juga mereka jadikan alasan untuk penentuan genre. "Suara saya cocoknya di pop.." ujar sang vokalis.

Lagu "Penantian Bodoh" yang berkisah tentang cinta sejati pun mereka pilih sebagai single pertama. Lagu yang easy-listening ini sudah diputar di radio-radio dan perlahan mulai mengangkat nama Dissa di blantika musik Indonesia.

Turut hadir dalam Kompasiana Ngulik kali ini, Rangga Yuniza selaku promotion supervisor E-Motion, label yang memproduseri Dissa. Ia mengakui bahwa ajang Meet The LAbels telah berperan besar dalam menyalurkan bakat-bakat musik di Indonesia, termasuk Dissa yang dinilainya sangat valuable secara packaging. "Kita melihat Faktor-X Dissa setelah menyaksikan video rekaman yang mereka kirimkan dan membandingkannya dengan live performance mereka saat audisi di Bali." tuturnya.

[caption id="attachment_403983" align="aligncenter" width="517" caption="Rangga Yuniza dari E-Motion, label yang memproduksi album Dissa, juga ikut berbagi pengalaman kepada Kompasianers (dok. Pribadi)"]

14267423021881120710
14267423021881120710
[/caption]

Di tengah bervariasinya musik yang berkembang sekarang, Rangga menilai pangsa pasar Indonesia masih menunjukkan kecenderungan minat yang besar terhadap genre pop, terbukti dengan masih bertahannya band-band pentolan 90-an, seperti Sheila on 7, Dewa, Gigi, dll. Untuk membuat Dissa bisa bertahan di industri musik, pastinya butuh strategi khusus. Konsistensi Dissa bermain di jalur pop inilah yang jadi modal utamanya.

[caption id="attachment_403984" align="aligncenter" width="560" caption="Live Performance by Dissa lewat lagu Penantian Bodoh (dok. Pribadi)"]

142674283899921239
142674283899921239
[/caption]

Para personel Dissa menyadari ketatnya persaingan di industri musik Indonesia. Keberagaman genre yang ada nggak membuat mereka berkecil hati, karena justru itulah yang membuat musik Indonesia semakin kaya dan berwarna. Salut deh buat Dissa..

[caption id="attachment_403985" align="aligncenter" width="560" caption="Dissa dan Kompasianers.. cheese.. (dok. Pribadi)"]

14267429541820660448
14267429541820660448
[/caption]

Mau info lebih lanjut soal band ini? Cek via twitter @diSSaband @E_MOTION_ENT @KlikMusik @MeetTheLabels
Yang penasaran sama musik Dissa, dapetin lagu mereka "Penantian Bodoh" di sini http://t.co/65Nt167xbP
Tonton juga Official Video "Penantian Bodoh" by Dissa di link YouTube https://t.co/Syx9ulvUuW

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun