Mohon tunggu...
PrimaNaSa
PrimaNaSa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Email : Primanasa26@gmail.com Sosial media (instagram) : @kardus___ nasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bilang, Seharusnya Bilang Bukan Hilang

8 November 2023   19:00 Diperbarui: 8 November 2023   19:02 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulutku terbuka lebar. “Ya kali, Jun? Serius kamu nangkap ceritaku nggak, sih? Bukan itu fokusku.”

Arjun meringis malu. Menggaruk rambutnya yang panjang sampai ke tengkuk leher. Karena perkataannya itu aku tertawa.

“Jadi, nggak?”

Aku memutar bola mataku.” NGGAK, demi Tuhan.”

“Oke, haha.”

Entah sudah berapa kali aku naik turun tangga, aula-sekretariat Hima. Dari lantai satu menuju lantai empat. Kampusku belum membuat lift, jadi semoga dengan ini berat badanku turun, menjadi ideal. Kabar baiknya. Namun, napasku kini putus-putus. Semua orang sibuk dengan kepentingannya dalam menyambut Festival yang diadakan Prodi kami dalam menyambut hari jadi ulang tahun yang ke-18 tahun.

Kadang. Kalau begini aku ingin berteriak. Aku capek!

“Galuh bantu aku, dong bawa printer yang ada di Sekre Hima?”

“Duh, maaf, Pir. Ini aku bantu Citra dulu masang spanduk,” balas Galuh.

Kan bisa nunggu, kalau pasang spanduk setelah semua barang penting diturunin ke bawah.

“Tolong, sebentar, Gal,” pintaku memohon.

“Bang, Gal, ih. Sana bantuin, Kak Pira …,” tegas Citra. Galuh langsung turun dari kursi yang membantunya untuk memaku.

“Dasar!” Aku menggeram ‘tak sadar. “Makasih, Cit. Buaya kalau sama pawangnya emang nurut, ya.”

“Oke, kak,” balasnya terkekeh atas candaanku.

Sebenarnya karena terus menumpuk, kegetitaranku ini membuatku hilang akal terbawa emosi. Namun, aku sudah berpikir, jika memang dengan cara ini bisa membuatku merasa lega, tetapi dengan cara ini pun apa setelahnya aku benar-benar akan merasa lega? Ada jaminanya?

Sebelumnya pun, dengan ‘tak menghiraukan apapun yang berkaitan dengan organisasi, aku masih kepikiran. Salahku. Salahku ‘tak becus mengurus. Aku selalu bilang begitu, ‘tak bisa tenang dan selalu dibayangi kegelisahan. Apakah tanpaku, akan berjalan lancar.

Jika tidak begitu apa aku harus bertahan, menahan lagi? Perasaan-perasaan ‘tak dihargai? Ucapan pedas yang ternyata lebih membuatku menderita daripada rasa letihku bekerja.

Benar semuanya masih membingungkan untukku. Dengan perbuatanku yang “menghilang” pun aku tak mendapat soulusi, malah menambah masalah-masalahku.

Namun, sekali saja. Aku ingin tahu.

“Jun aku mau berhenti.”

“Aku mau keluar. Nggak kuat.” Itu kataku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun