Mohon tunggu...
Prima Marsudi
Prima Marsudi Mohon Tunggu... Guru - Indahnya menua.

Wanita yang ingin jadi diri sendiri tetapi tidak bisa karena harus memikirkan orang-orang yang disayanginya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Munafik

28 Juli 2018   23:04 Diperbarui: 28 Juli 2018   23:33 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sampai batas mana kau akan terus berbohong

Menutupi kenyataan yang satu diikuti dengan kenyataan kenyataan lain

Tak lelahkah jiwamu

Berjalan di atas kebohongan-kebohongan yang kau ciptakan

Menjadi munafik sepanjang hidupmu, 

Jika kau tak lelah

Maka kami lah yang melihatmu yang merasa lelah

Kami yang mengetahui kenyataannya

Ada kalanya kamilah yang ingin ungkapkan kenyataan demi kenyataan

Namun seperti engkau kami tak punya nyali untuk ungkapkan kebenaran

Takut mempermalukanmu, meski kami tau malu dan sakit itu hanya sebentar

Atau jika punya nyali pun kami enggan

Dan akhirnya kami mengikutimu

Ikut menciptakan dusta demi kebohongan-kebohonganmu itu

Sampai batas mana kau akan bawa kami menari-nari di atas kebohonganmu

Cepat atau lambat bangkai-bangkai itu akan tebarkan aroma busuk

Seberapapun tebalnya kau membungkus dengan kebohongan kebohongan itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun