Mohon tunggu...
Prima Marsudi
Prima Marsudi Mohon Tunggu... Guru - Indahnya menua.

Wanita yang ingin jadi diri sendiri tetapi tidak bisa karena harus memikirkan orang-orang yang disayanginya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan: No!

1 Oktober 2014   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:47 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemesraan perkawinan hanya ada di televisi dan di layar bioskop.  Selebihnya omong kosong.  Jadi, ada baiknya jangan tanya aku mengapa aku tidak juga menikah.  Aku hanya mau realistis saja dan mandiri."tutup Dena.

Asril terdiam.  Pikirannya kembali ke rumah.  Betapa selama ini ia telah menyia-nyiakan wanita yang telah menjadi istrinya.  Memberi komentar buruk ketika tubuh istrinya sedikit mengembang, marah ketika rumah terlihat berantakan padahal anak-anaknya yang masih kecil kerap mengacak-acak apa yang telah dibereskan oleh istrinya.  Tak pernah sedikit pun ia memuji istrinya padahal istrinya telah melayaninya sepanjang enam tahun dengan sepenuh hati.  Jangankan bunga, sekedar ucapan terima kasih pun tak pernah ia ucapkan.

Di perjalanan pulang, dibelinya seikat bunga lili kesukaan istrinya yang selama ini ia lupakan.  Ia bersyukur, istrinya bukan wanita seperti Dena.  Di hati kecilnya ia juga berdoa agar Tuhan bisa membuka hati Dena yang menurutnya telah beku.

Istrinya membukakan pagar garasi rumahnya.  Asril memasukkan mobil ke dalam garasi.  Ia keluar sambil tak lupa membawa rangkaian bunga Lily.  Sang istri terpana, "Ada apa Mas?"  dengan penuh curiga ia bertanya.  Dan sang istri tetap curiga meskipun Asril telah mengungkapkan alasannya.

"Apa yang Mas lakukan di luar sana?"kecurigaan itu tetap berlangsung.

Asril kembali terdiam, kali ini dialah yang beku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun