Mohon tunggu...
Prima Marsudi
Prima Marsudi Mohon Tunggu... Guru - Indahnya menua.

Wanita yang ingin jadi diri sendiri tetapi tidak bisa karena harus memikirkan orang-orang yang disayanginya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan: No!

1 Oktober 2014   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:47 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Buat bangsa kita pernikahan itu cuma rutinitas.  Kata lain dari penjajahan.  Penindasan yang dilakukan kaum pria pada wanita dengan mengatasnamakan cinta dan pernikahan.  Suatu keadaan yang kita ciptakan lalu kemudian menjadi kebiasaan.  Sebuah komit yang sebenarnya hanya menguntungkan pria."kata Dena berapi-api kepada Asril yang selalu bertanya kepada Dena "Mengapa Dena tak juga menikah." Padahal Dena begitu terlihat sempurna di mata kaum yang namanya laki-laki.

"Tidak selalu seperti itu Dena.  Banyak juga yang berhasil dalam pernikahannya.  Merasa mendapat perlindungan, kenyamanan, dan tentu saja cinta.  Belum lagi kebutuhan biologis yang selalu terpenuhi." jawab Asril sabar.

"Hahaha itu hanya terjadi pada wanita bodoh dan tidak percaya diri.  Pesta itu akan bubar seiring bubarnya pesta penikahan.  Cinderella tiba-tiba harus menjadi upik abu.  Tak peduli seberapa kayanya pasanganmu, ia tetap akan menjadi pelayan.  Pagi, siang dan malam akan tetap menjadi pelayan.  Mulai dari pekerjaan rumah hingga urusan ranjang.  Belum lagi jika tetap harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, semua itu diperlukan tenaga ekstra." tambah Dena lagi.

"Memangnya tidak pernah jatuh cinta Den, karena dengan cinta semua yang kamu sebutkan tadi itu tidak akan terasa meskipun mungkin memang seperti itu." kata Asril.

"Cintaaaaaa hahaha. Itulah jeleknya aku, ketika jatuh cinta logikaku tetap berjalan.  Bahkan otakku ini lebih mendominasi daripada perasaan cinta itu sendiri." tambah Dena.

"Berarti kamu memang tidak pernah benar-benar jatuh cinta barangkali." ujar Asril menyimpulkan.

"Entahlah, mungkin memang benar.  Akan tetapi melihat orang lain jatuh cinta, lalu pacaran dan akhirnya menikah itu benar-benar unik.  Kemesraan yang terjadi pada saat pacaran benar-benar menghilang ketika penghulu dan para saksi menyatakan SAH..." jelas Dena

"Tak ada lagi bunga-bunga dikirimkan.  Masih bagus jika laki-laki ingat mengirimkannya satu atau dua kali setahun, misalnya ketika berulang tahun atau ulang tahun perkawinan, namun sebagian besar melupakannya begitu saja.  Hubungan pun segera berubah menjadi seperti hubungan antara kakak dan adik.  Untuk beberapa pasangan akan bertahan dan sisanya akan mencari kemesraan di luar sana. Ya kan? ujar Dena sambil memberikan penekanan kepada Asril.

"Nah sekarang kapan terakhir kamu mengucapkan Aku Cinta Padamu kepada istrimu atau sebaliknya?" tanya Dena

Asril gelagapan.

"Nah tidak pernah kan di sepanjang lima tahun usia perkawinan kamu?"Dena berusaha menjawab pertanyaannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun