Mohon tunggu...
Wiwiek Prihandini
Wiwiek Prihandini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Akuntansi pada Perbanas Institute

Meminati masalah keuangan berkelanjutan, akuntansi lingkungan, dan Indonesia Emas.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tantangan Perubahan Iklim dalam Sustainable Finance

5 Januari 2025   23:39 Diperbarui: 5 Januari 2025   23:39 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:  Digital visual generated

 Untuk mengatasi berbagai tantangan dalam implementasi sustainable finance, pendekatan inovatif dan kolaboratif sangat dibutuhkan. Thomas (2023) merekomendasikan penggunaan teknologi blockchain sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan transparansi dalam pelaporan ESG. Teknologi ini memungkinkan pencatatan data yang terdesentralisasi, tidak dapat diubah, dan mudah diverifikasi, sehingga memberikan kepercayaan lebih besar kepada investor. Dengan data ESG yang lebih transparan dan dapat diandalkan, pengambilan keputusan investasi dapat dilakukan dengan lebih akurat dan bertanggung jawab.

 Selain itu, pengembangan blended finance dapat menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan pendanaan yang sering menjadi hambatan dalam mendanai proyek hijau. Blended finance menggabungkan sumber dana dari sektor publik dan swasta untuk menciptakan struktur pendanaan yang lebih efisien. Ramakrishna (2023) menjelaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi risiko bagi investor, tetapi juga mendorong sektor swasta untuk berpartisipasi lebih aktif dalam proyek-proyek berkelanjutan. Sebagai contoh, proyek-proyek energi terbarukan di negara-negara berkembang dapat memperoleh manfaat besar dari skema ini, mengingat terbatasnya sumber daya keuangan di wilayah tersebut.

 Edukasi dan peningkatan kapasitas di kalangan pemangku kepentingan juga menjadi kunci keberhasilan sustainable finance. Smits (2024) menekankan pentingnya kampanye edukasi yang menyasar tidak hanya lembaga keuangan tetapi juga masyarakat umum. Kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya keberlanjutan dapat mendorong permintaan akan produk keuangan hijau, yang pada gilirannya dapat memotivasi lembaga keuangan untuk mengadopsi praktik berkelanjutan. Selain itu, program pelatihan untuk profesional keuangan juga dapat membantu mereka memahami dan mengelola risiko iklim secara lebih efektif, sehingga meningkatkan efektivitas implementasi strategi sustainable finance.

 Lebih jauh lagi, pemerintah dan lembaga internasional perlu memperkuat kerangka regulasi yang mendukung sustainable finance. Harmonisasi regulasi global menjadi sangat penting untuk menciptakan standar yang konsisten bagi semua negara. Scalia (2023) menyatakan bahwa kerangka regulasi yang terpadu tidak hanya akan mengurangi ketidakpastian bagi investor tetapi juga memastikan bahwa risiko iklim dikelola secara seragam di seluruh dunia. Dengan standar yang jelas, lembaga keuangan dapat lebih mudah mengintegrasikan kriteria ESG ke dalam strategi investasi mereka.

 Dorongan untuk kolaborasi lintas sektor juga penting untuk mendorong inovasi dalam produk dan layanan keuangan hijau. Kolaborasi antara sektor teknologi dan lembaga keuangan dapat menghasilkan solusi yang lebih kreatif untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Misalnya, pengembangan alat analitik berbasis kecerdasan buatan (AI) dapat membantu lembaga keuangan memproyeksikan dampak jangka panjang dari proyek hijau, sehingga memberikan landasan yang lebih kuat untuk pengambilan keputusan investasi.

 Akhirnya, insentif kebijakan, seperti pengurangan pajak untuk investasi hijau dan subsidi untuk proyek energi terbarukan, perlu diperluas untuk mendorong lebih banyak partisipasi. Insentif ini dapat mengurangi hambatan finansial bagi sektor swasta dan meningkatkan daya tarik investasi hijau. Junarto (2023) mencatat bahwa di Indonesia, insentif semacam ini telah mendorong pengembangan proyek energi terbarukan dan konservasi sumber daya alam. Dengan memperluas cakupan kebijakan ini, diharapkan lebih banyak negara dapat mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.

 Dengan langkah-langkah ini, sustainable finance dapat menjadi pendorong utama transformasi ekonomi dan lingkungan global. Tidak hanya untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, tetapi juga untuk menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

 

Penutup

 Perubahan iklim adalah tantangan terbesar abad ini, yang memengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari stabilitas ekonomi hingga kesejahteraan sosial. Dalam konteks ini, sustainable finance muncul sebagai solusi strategis yang mampu menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pembangunan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengintegrasikan prinsip ESG dalam investasi dan pengelolaan keuangan, pendekatan ini menawarkan peluang besar untuk mendanai inovasi teknologi hijau, meningkatkan akses energi terbarukan, dan menciptakan ekonomi yang lebih tangguh terhadap risiko iklim.

 Namun, keberhasilan sustainable finance sangat bergantung pada kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, lembaga keuangan, dan masyarakat luas. Harmonisasi kebijakan internasional, peningkatan kapasitas, dan inovasi teknologi harus berjalan seiring untuk memastikan bahwa praktik keuangan berkelanjutan dapat diterapkan secara efektif di seluruh dunia. Seperti yang dijelaskan oleh Scalia (2023), integrasi risiko iklim ke dalam kebijakan keuangan membutuhkan sinergi global untuk mengurangi ketidakpastian dan memperkuat stabilitas ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun