Mohon tunggu...
Wiwiek Prihandini
Wiwiek Prihandini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Akuntansi pada Perbanas Institute

Meminati masalah keuangan berkelanjutan, akuntansi lingkungan, dan Indonesia Emas.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Perubahan Iklim dalam Perspektif Akademis

4 Januari 2025   08:36 Diperbarui: 4 Januari 2025   08:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Khojasteh, 2022.

Perubahan Iklim dalam Perspektif Akademis

Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Perubahan ini tidak hanya berdampak pada ekosistem alam, tetapi juga memengaruhi dimensi sosial, ekonomi, dan politik di seluruh dunia. Dalam perspektif akademis, perubahan iklim telah menjadi subjek penelitian lintas disiplin, yang mencakup ilmu lingkungan, ekonomi, sosiologi, hingga hukum internasional. Artikel ini membahas beberapa temuan kunci dari literatur akademis terkait perubahan iklim, berdasarkan berbagai sumber yang relevan.

  

Kompleksitas Ilmiah Perubahan Iklim

Menurut Säde Hormio (2024), perubahan iklim adalah fenomena kompleks yang melibatkan banyak aktor dengan tanggung jawab kolektif. Hormio menekankan bahwa tanggung jawab perubahan iklim tidak hanya ada pada negara dan organisasi internasional, tetapi juga individu yang merupakan bagian dari kolektif tersebut. Hal ini menciptakan tantangan etis dan struktural yang memerlukan solusi kolaboratif. Kompleksitas perubahan iklim mencakup pengaruhnya terhadap suhu global, peningkatan bencana alam, dan dampak ekologis yang meluas, seperti penurunan biodiversitas.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, sebuah lembaga yang mengurusi masalah iklim di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa) dalam laporan tahun 2023 menunjukkan bahwa pemanasan global yang dihasilkan oleh aktivitas manusia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Laporan ini mengidentifikasi penyebab utama seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan emisi gas rumah kaca lainnya. Dampak ini mencakup peningkatan frekuensi bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai tropis yang lebih kuat. Oleh karena itu, mitigasi dan adaptasi menjadi dua pilar utama dalam strategi global untuk menghadapi perubahan iklim (IPCC, 2023).

Selain itu, IPCC juga menyoroti pentingnya menjaga suhu global tetap di bawah 1,5°C untuk menghindari dampak yang lebih buruk. Hal ini memerlukan upaya kolektif dari berbagai sektor, termasuk energi, transportasi, dan pertanian. Ilmu pengetahuan modern terus berperan dalam memberikan data dan model yang diperlukan untuk merancang kebijakan yang efektif.

  

Peran Interdisipliner dalam Menangani Perubahan Iklim

Thomas Brewer dalam pengantar interdisiplinernya menyoroti bahwa perubahan iklim membutuhkan pendekatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini mencakup sains iklim, ekonomi, hukum internasional, dan etika. Salah satu contohnya adalah bagaimana sektor transportasi dan energi dapat bekerja sama untuk mengurangi emisi karbon melalui teknologi hijau dan regulasi yang ketat. Pendekatan holistik seperti ini menciptakan koneksi antara adaptasi perubahan iklim, kesehatan ekosistem, dan pembangunan berkelanjutan (Brewer, 2024).

Sementara Sara Valaguzza dalam karyanya menegaskan bahwa kebijakan publik, inovasi teknologi, dan keterlibatan sektor swasta sangat diperlukan. Dia menyoroti bagaimana kemitraan lintas sektor dapat mempercepat implementasi solusi, seperti penggunaan energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi. Valaguzza (2022) juga mencatat bahwa komunikasi yang efektif antara ilmuwan, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum memainkan peran penting dalam menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Di sisi lain, pendekatan interdisipliner juga menghadirkan tantangan, seperti kesenjangan bahasa dan tujuan antara disiplin ilmu yang berbeda. Namun, dengan adanya kolaborasi lintas bidang, tantangan ini dapat diatasi untuk menghasilkan solusi yang lebih komprehensif.

 

Tantangan Sosial dan Ekonomi

Dari perspektif sosial, Subhash Sharma (2023) mengungkapkan bahwa perubahan iklim berdampak besar pada komunitas lokal, terutama di negara-negara berkembang. Misalnya, migrasi iklim menjadi masalah utama akibat kenaikan permukaan laut dan perubahan pola cuaca yang ekstrem. Banyak komunitas kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian, yang pada akhirnya memperburuk ketimpangan sosial. Sharma juga menyoroti pentingnya gerakan lingkungan lokal dalam meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi kolektif.

Secara ekonomi, dampak perubahan iklim sangat signifikan. Vinod Thomas (2023) mencatat bahwa risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh perubahan iklim mencakup kerugian akibat bencana alam, penurunan produktivitas, dan meningkatnya biaya adaptasi. Negara-negara yang paling rentan, terutama di kawasan tropis, menghadapi tantangan besar dalam membangun ketahanan ekonomi. Thomas menekankan bahwa integrasi kebijakan ekonomi dengan mitigasi perubahan iklim dapat menciptakan jalur pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Di tingkat global, kebutuhan akan investasi besar-besaran dalam infrastruktur hijau menjadi semakin mendesak. Sumber daya ini harus diarahkan untuk mendukung energi terbarukan, transportasi bersih, dan pengelolaan air yang efisien, yang semuanya merupakan komponen kunci untuk mengurangi dampak ekonomi perubahan iklim.

  

Dimensi Hukum dan Keuangan

René Smits menyoroti pentingnya kerangka hukum dalam mendukung aksi iklim. Dia mencatat bahwa regulasi seperti Kesepakatan Hijau Eropa memainkan peran penting dalam menciptakan standar global untuk keberlanjutan. Smits (2024) juga mencatat bahwa hukum harus mampu mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam sektor keuangan, terutama dalam hal investasi berkelanjutan.

Antonio Scalia (2023) menyoroti peran bank sentral dalam mengintegrasikan risiko iklim ke dalam kebijakan moneter dan investasi. Dia menjelaskan bahwa pengelolaan risiko iklim tidak hanya penting untuk stabilitas keuangan, tetapi juga untuk mendorong investasi dalam proyek-proyek yang mendukung transisi energi. Pengalaman dari Bank of Italy menunjukkan bagaimana prinsip ESG dapat diadopsi dalam strategi investasi nasional dan internasional.

Keuangan berkelanjutan juga menjadi alat penting untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Instrumen seperti obligasi hijau telah digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim, seperti pembangunan fasilitas energi terbarukan dan transportasi rendah karbon.

 

Komunikasi dan Kesadaran Publik

Warren Pearce (2018) mengungkapkan bagaimana komunikasi memainkan peran penting dalam membangun kesadaran publik terhadap perubahan iklim. Film dokumenter seperti An Inconvenient Truth menjadi contoh bagaimana narasi visual dapat membawa isu ilmiah ke ranah masyarakat luas. Namun, Pearce juga mencatat bahwa komunikasi harus didasarkan pada fakta yang kuat untuk menghindari misinformasi.

Pearce menekankan pentingnya menggunakan metafora yang relevan dan mudah dipahami untuk menjelaskan dampak perubahan iklim. Misalnya, membandingkan perubahan iklim dengan krisis kesehatan dapat membantu masyarakat memahami urgensi masalah ini. Komunikasi yang efektif juga memerlukan keterlibatan langsung dengan komunitas lokal untuk memastikan pesan tersebut relevan dan dapat ditindaklanjuti.

Kesadaran publik yang lebih besar dapat memobilisasi dukungan untuk kebijakan iklim, mendorong inovasi, dan mempercepat transisi ke ekonomi hijau. Oleh karena itu, komunikasi yang strategis harus menjadi bagian integral dari upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

  

Penutup

Perubahan iklim adalah tantangan global yang memerlukan respons yang kolektif dan interdisipliner. Literatur akademis menunjukkan bahwa integrasi antara sains, kebijakan, dan tindakan masyarakat adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini. Dengan pendekatan yang kolaboratif dan berbasis bukti, kita dapat menciptakan solusi yang tidak hanya efektif tetapi juga adil secara sosial dan ekologis. Penelitian dan kebijakan yang terus berkembang harus menjadi landasan untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Daftar Referensi

Brewer, T. (2024). Climate Change: An Interdisciplinary Introduction. Springer.

Hormio, S. (2024). Taking Responsibility for Climate Change. Springer.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) (2023). Climate Change 2023: Synthesis Report. IPCC.

Khojasteh, D. et.al. (2022). Climate change and COVID-19: Interdisciplinary perspectives from two global crises. Science of the Total Environment. Volume 844, 20 October 2022, 157142.  http://dx.doi.org/10.1016/j.scitotenv.2022.157142

Pearce, W. (2018). An Inconvenient Truth: A Social Representation of Scientific Expertise. Manchester University Press.

Ramakrishna, S. (2023). Climate Change Risk Management in Banks: The Next Paradigm. De Gruyter, 2023.

Scalia, A. (2023). Financial Risk Management and Climate Change Risk: The Experience in a Central Bank. Springer.

Sharma, S. (2023). Environment and Society: Climate Change and Sustainable Development. Routledge.

Smits, René. Sustainable Finance and Climate Change: Law and Regulation. Edward Elgar Publishing.

Thomas, V. (2024). Risk and Resilience in the Era of Climate Change. Springer, 2023.

Valaguzza, S. (2022). Interdisciplinary Approaches to Climate Change for Sustainable Growth. Springer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun