Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Ibu Harus Percaya Diri

5 Mei 2019   00:34 Diperbarui: 5 Mei 2019   00:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, meskipun saya membiarkan Nadine main handphone, tetapi hanya sebatas nonton YouTube dan itu pun tetap saya batasi waktunya serta tontonannya. Saya selalu berusaha untuk mendampingi Nadine, kadang saya juga berdialog dengan Nadine misalnya "bagus ya itu" atau kadang Nadine juga bilang "Nadine mau itu ya ma", kalau itu baik untuk Nadine maka akan saya iyakan tapi kalau tidak ya saya jelaskan. Sejauh ini Nadine paham. 

Kalau Nadine sedang nonton film maka saya akan jelaskan hal-hal yang baik dan perlu dicontoh dari film itu. Kalau saya perhatikan, gaya belajar Nadine adalah visual kinestetik jadi lebih mudah menangkap jika melihat kemudian mempraktekkannya. Intinya saya selalu duduk di samping Nadine, kalaupun saya sedang sibuk, saya minta tolong ayahnya untuk tetap menemani Nadine. 

Tapi kalau saya hanya berdua Nadine dan saya harus beres-beres rumah, saya sesekali melihat apa yang dia tonton dan berdialog dengan dia. Saya selalu mengingatkan waktu ke Nadine atau diawal sudah ada perjanjian "sebentar aja ya" atau "10 menit aja ya" meskipun Nadine belum tau waktu, tapi sejauh ini kalau saya ambil handphone nya, meakipun dia sedang asyik, dia masih bisa mematuhinya.

Ketiga, saya sudah berusaha kok untuk main sama Nadine. Mulai dari main masak-masakan ataupun jual-jualan. Saya tidak pernah melarang Nadine untuk "membantu" saya masak, cuci baju, menyapu, mengepel atau pekerjaan rumah lainnya. Meskipun hal itu bukannya mempercepat, tapi saya enjoy dengan itu semua. 

Saya menyadari bahwa ketika saya melarang Nadine untuk membantu, maka dia akan sedih, terluka dan besok ketika waktunya dia membantu justru tidak mau membantu. Jadi ya sudah saya biarkan saja dia membantu saya, toh itu hanya berlangsung beberapa menit saja, karena dia bosan dan kemudian sibuk main yang lainnya. 

Contohnya ketika saya membersihkan cumi-cumi, Nadine mau ikutan, ya sudah saya izinkan saja, meskipun saya tau itu akan membuat tangannya amis. Tapi ya sudahlah, tangan yang amis kan bisa dicuci dengan sabun. Nadine senang sekali pegang cumi-cumi dan dia bilang, mah "cumi-cumi ada rambutnya", saya baru jelaskan kalau itu bukan rambut tapi tentakel, saya juga jelaskan tentang tinta cumi dan mulai cerita kalau ada yang nakal sama cumi maka akan disemprot sama tintanya. 

Jadi dari membersihkan cumi-cumi saya bisa jelaskan dan bercerita tentang cumi. Nah, hari ini ketika saya membersihkan cumi lagi, Nadine sudah tahu tentang tentakel dan tinta cumi. Ahhh... Saya senang karena Nadine masih ingat tentang ini, o iya Nadine juga bisa memisahkan bagian kepala dan badan cumi tanpa saya perlu ajarkan lagi.

Keempat, saya selalu mengajarkan Nadine untuk meletakkan barang-barang pada tempatnya dan meminta tolong dia mengambilkan barang serta membuang sampah di tempatnya. Hal ini membuat Nadine jadi protes ke ayahnya kalau ayahnya tidak meletakkan barang di tempatnya. Caranya gimana? Saya selalu bilang "ayo taruh yang bener". 

Kalau habis makan sesuatu dan ada bungkusnya, langsung saya bilang "tolong buang ke tempat sampah ya". Nadine juga sudah bisa diminta tolong untuk mengambil atau menaruh sesuatu di kulkas, sudah bisa rapi lagi. Hal ini buat dia tahu nama barang-barang, sayur dan buah-buahan. Jadi, Nadine kenal sesuatu secara langsung.

Kelima, Nadine dikenal dengan tetangga-tetangga saya, bahkan lebih terkenal dia daripada saya. Hehehe... Karena setiap jalan dengan Nadine, pasti ada yang panggil dia. Artinya apa? Artinya Nadine masih bisa bersosialisasi dengan orang lain. Nadine juga main kok dengan anak-anak yang lain, main sepeda, lari-larian, masak-masakan atau yang lainnya. 

Meskipun kalau main dengan teman seusianya, sebentar akur sebentar berantem. Jadi, untuk masalah interaksi sosial, tak ada masalah untuk Nadine. Saya lihat Nadine percaya diri saat main sama teman-temannya dan tidak akan marah kalau tidak diganggu. Aaahhh... Untuk yang ini peran uti dan akung Nadine sangat besar, karena selama saya kerja mereka berdualah yang selalu ajak Nadine main keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun