Sore ini aku janjian dengan temanku di sebuah cafe. Teman baikku tepatnya. Karena dia selalu ada saat aku membutuhkan pertolongannya. Seperti saat ini, aku butuh tambahan modal untuk usahaku yang semakin menurun. Aku seorang peternak ayam yang cukup sukses, tapi sekarang flu burung menyerang, membuat ayam-ayamku mati.Â
Dia bukan orang berada secara ekonomi, justru keadaanku jauh lebih baik darinya, karena dia hanya seorang office boy di perusahaan swasta. Tapi dia selalu punya hati untuk menolong, dia teman sejati, yang tak bisa melihat temannya susah. Apapun akan dilakukannya demi temannya, termasuk aku. Mungkin bila ada yang meminta nyawanya pun akan diberikan. Aahhh.. baik sekali temanku ini. Aku beruntung memilikinya.
Sebenarnya kemarin aku hanya bercerita tentang keadaan sekarang yaitu usaha ayamku hampir bangkrut, apalagi sekarang anakku mau masuk sekolah. Aku butuh tambahan dana dan temanku ini langsung menawarkan bantuannya, kebetulan dia punya tabungan untuk persalinan istrinya. Waaahh.. kebetulan sekali pikirku. Tapi dia mengatakan aku harus cepat mengembalikannya. Tak masalah bagiku. Aku masih punya waktu enam bulan untuk mengembalikannya karena istrinya sekarang masih hamil 3 bulan.
"Sorry ya gue telat, tadi ada kerjaan tambahan. Biasalah demi nabung untuk lahiran istri, gue rela lembur" kata Jono temanku yang baik hati dan yang sedang aku tunggu ini. Dia membuka tasnya yang ditutup dengan peniti karena resletingnya sudah rusak. Aaahh.. kasian sekali temanku ini, membeli tas saja tak sanggup.
"Santai aja. Mau pesan apa?" Tanyaku basa basi. Tentu saja aku basa basi, karena uang didompetku tinggal 20 ribu, hanya cukup untuk membayar minumanku.
"Ahh.. nggak usahlah, gue langsung aja. O ya, ini uangnya. Semoga bermanfaat ya dan usaha lo lancar. Tapi ingat ya Ren, usahakan dikembalikannya 3 bulan ke depan. Itu juga paling lama ya, karena kan istri gue mau ngelahirin" pesannya sambil memberikan sebuah amplop tertutup. Amplop itu agak tebal, ya tentu saja karena isinya 10 juta.
"Tenang aja bro, bulan depan pasti gue balikin. Malah gue bisa tambahin dana untuk istri lo lahiran. Anggap aja Lo belajar bisnis dengan gue, biar lo nggak jadi pegawai terus. Bener nggak?"
"Hahaha..iya sih. Ya udah, gue langsung balik ya" kata Jono berpamitan. Tak lama dari Jono pergi, aku pun meninggalkan cafe itu.
Dua bulan setelah pertemuan itu, usaha ayamku kembali pulih, justru semakin baik. Mungkin ini juga berkat modal yang dipinjamkan Jono. Tapi aku belum bisa mengembalikan pinjamannya, karena meskipun lancar, aku masih punya hutang bank. Ya, aku dulu sempat hutang bank dan aku belum bisa membayarnya karena ternakku yang menurun.Â
Hampir ratusan juta hutangku di bank. Jadi aku utamakan dulu untuk membayar hutang di bank, karena kalau tidak, bisa-bisa rumahku disita. Aku cicil hutang di bank, paling tidak sekarang jumlahnya tak sebanyak dulu. Hutang Jono? Biarlah nanti saja aku bayar. Toh, masih ada empat bulan lagi sebelum istrinya melahirkan.Â
"Pa, mama butuh tas baru lho karena besok mau pergi arisan sama teman mama. Terus mama juga mau ke salon, karena muka mama udah kusam, jerawat mulai muncul, udah nggak enak dilihat lagi. Mama minta uang ya untuk perawatan dan beli tas" kata istriku sehari  sebelum Jono datang menagih. Sebenarnya aku sudah siapkan untuk mencicil hutang ke Jono, tapi aku tak tega melihat istriku susah. Aku bukan suami yang jahat. Jadi ketika Jono menagih, aku mengatakan bahwa aku harus membayar hutang bank dulu, karena kalau tidak rumahku di sita. Nanti istri dan anakku akan tinggal dimana? Jono menjadi kasihan padaku. Akhirnya dia beri waktu untukku.