Mohon tunggu...
Inovasi

Mempertanyakan Logika Pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) di Serpong

6 Juli 2015   06:44 Diperbarui: 6 Juli 2015   06:44 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Mempertanyakan Logika Pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) BATAN

[Tulisan ini merupakan tulisan pertama dari beberapa tulisan selanjunya, tergantung banyak peminatnya atau tidak hahaha…..]

 

Istilah RDE pertama kali dikemukakan oleh Kepala BATAN ke publik di pertengahan 2014 saat membawa pejabat IAEA untuk bertemu dengan Menteri Riset Teknologi . Pertanyaan pertama di kepala saya saat itu adalah “ini reaktor daya atau reaktor eksperimental (riset)?”.

 

Sedikit pengantar bagi yang awam nuklir. Secara filosofis, reaktor daya dan reaktor eksperimen itu berbeda. Reaktor daya ditujukan untuk kepentingan komersial, utamanya tenaga listrik. Karena itu reaktor daya dicirikan dengan pembangkitan daya yang besar supaya efisien. Untuk mudahnya, PLTN itu adalah reaktor daya. Daya yang dihasilkan PLTN umumnya sekitar 600-1.000 MWe (Megawatt electric) per unit. Demi mengejar skala ekonomis dan komersialisasi, maka satu kompleks PLTN umumnya diisi dengan beberapa unit PLTN sekaligus. Bisa 3 atau 4 atau bahkan lebih unit PLTN dalam satu kompleks. Sebagai contoh, kompleks PLTN Fukushima terdiri atas 6 unit PLTN dengan daya total yang dihasilkan 4.700 MWe (4,7 GWe).

 

Reaktor daya didisain untuk beroperasi secara kontinyu dalam jangka waktu lama, berbulan-bulan bahkan tahunan. Umumnya mempergunakan uranium pengkayaan rendah. Daya yang dibangkitkan diatur melalui mekanisme penarikan control rod penyerap netron secara periodik. Filosofi pengendalian adalah menyeimbangkan safety dengan reliability (agar memiliki kemampuan untuk beroperasi ekonomis dalam jangka lama). Dalam reliability itu, saya ikut memasukan pertimbangan keekonomian/ efisiensi pembakaran uranium (burnup) dan energi yang dihasilkan. Kenapa ini penting, karena reaktor daya itu penuh dengan pertimbangan komersial. Apa jadinya jika sebuah PLTN akhirnya boros bahan bakar (Uranium) misalnya?? Angkot yang boros bahan bakar saja bikin pening pemiliknya, apalagi sebuah PLTN.

 

Sementara itu, reaktor riset digunakan untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan pengetahuan, percobaan ilmiah dan sebagainya. Perbedaan filosofis tersebut membawa perbedaan pada sistem kendali reaktor, jenis bahan bakar, proteksi keselamatan dan seterusnya. Reaktor riset umumnya memiliki daya yang rendah, fleksibel untuk multi-eksperimen dan beroperasi dalam jangka sangat pendek. Misalnya hanya untuk 3 hari atau seminggu sesuai dengan tujuan eksperimen untuk kemudian di-shut down (dipadamkan) sambil menunggu eksperimen berikutnya. Filosofi pengendalian reaktor riset terfokus pada safety. Sedikit terjadi goyangan fluks netron di teras reaktor, maka reaktor riset akan trip (padam) secara otomatis.

 

Tapi sebaliknya, jika goyangan yang serupa menyebabkan sebuah PLTN padam… bisa bangkrut PLTN itu karena kerjanya hanya menyalakan PLTN yang berkali-kali trip. Apalagi reaktor nuklir itu tidak dapat langsung dinyalakan kembali setelah trip, namun musti menunggu konsentrasi bahan hasil belahnya –yang merupakan bahan penyerap netron- turun terlebih dahulu. Dengan logika angkot yang sama pasti si Mandra teriak “kalau mampus mulu, terus kapan kite nariknyeee Mak....”

 

Oleh karena itu, pertanyaan saya diatas menjadi relevan “ini yang mau dibangun reaktor daya atau reaktor eksperimental??” Relevan karena keduanya memiliki filosofi desain, prioritas tujuan dan sistem proteksi keselamatan yang berbeda. Jika dipaksakan, hasilnya menjadi tidak akan maksimal. Daya yang dihasilkan menjadi tidak maksimal, atau riset yang bisa dilakukan disitu menjadi terbatas.

 

Sebagai analogi saja guna mempermudahkan penalaran. Di dunia ini kita mengenal 2 jenis pesawat, yaitu pesawat komersial dan pesawat tempur. Pesawat komersial untuk mengangkut penumpang jumlah banyak (sisi komersial), pada dasarnya long-range tapi tidak lincah untuk main akrobat. Sementara pesawat tempur didisain untuk lincah (fleksibel) dan memungkinkan gerakan akrobatik. Dengan mempergunakan analogi itu, maka pertanyaan yang serupa adalah ini mau buat Pesawat Komersial atau Pesawat Tempur?? Buat saya, jawaban BATAN dengan RDE ini seperti mau buat “Pesawat Tempur Komersial”. Gak jelas….

 

Kepeningan saya akibat kerancuan berpikir BATAN ini makin tampak ketika saya membaca Kompas, Sabtu 27 Juli 2015. Disitu BATAN menyebut RDE sebagai “bukan reaktor daya karena tidak menghasilkan listrik” dan “bukan juga reaktor eksperimental”. Jadi maksudnya RDE itu apa? Dengan mempergunakan analogi pesawat diatas, buat saya itu seperti “PESAWAT UFO”

 

NB :

Diluar itu ada reaktor untuk tujuan khusus, seperti produksi isotop. Tapi saya ingin membatasi diskusi ini pada reaktor daya versus reaktor eksperimental, agar fokus sesuai konteks dan tidak melebar kemana-mana.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun