Saat ini, di zaman Artificial Intelligence, masih ada sebuah desa terpencil di ujung timur nusantara ini, yang dihantui oleh legenda mengerikan, ada cerita tentang seorang wanita misterius yang hanya muncul di malam-malam gelap sebelum kematian. Â Dia dikenal sebagai "Gaun Merah di Malam Kematian Royani". Â Konon, wanita itu bernama Royani, meninggal secara tragis beberapa tahun yang lalu karena fitnah yang tidak adil di dalam keluarganya. Â Semasa hidupnya, dia sangat sengsara, di perlakukan tidak adil dan di sia-siakan oleh keluarganya. Â Sejak saat itu, arwah Royani telah kembali dari alam baka untuk menuntut balas dendam atas ketidakadilan yang menimpanya.
Setiap malam kematiannya, kampung tersebut akan dilanda gelap dalam kelamnya kabut, dan angin berdesir melalui pepohonan. Â Orang-orang di desa akan berkumpul di rumah mereka dengan hati was-was, mengunci pintu dan menutup jendela rapat-rapat, berusaha menjauh dari segala ancaman yang mengerikan. Â Namun, tidak ada yang benar-benar aman.
Kisah ini bermula ketika seorang perempuan bernama Maya sedang berkunjung ke rumah saudaranya yang baru saja meninggal dunia. Â Maya yang sedang berada di desa dengan legenda Wanita Bergaun Merah, sangat berani dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Â Maya yakin bahwa semua cerita tentang Wanita Bergaun Merah hanyalah dongeng semata untuk menakut-nakuti anak-anak dan penduduk desa.
Di suatu malam kematian itu tiba, mulai terhembus kabut yang kelam menutupi setiap sudut jalan dan semua orang sudah berkumpul di dalam rumah mereka, Maya memutuskan untuk maju dan mencari tahu kebenaran tentang legenda itu. Â Dia mengenakan pakaian yang serba hitam agar tidak terlihat dan bergerak diam-diam di balik jalan-jalan yang dipenuhi kabut.
Namun, semakin jauh Maya berjalan dan menjelajahi malam yang mencekam, semakin ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Â Angin menjadi semakin dingin, dan rasanya ada mata yang mengawasinya dari bayangan. Â Tapi Maya tetap kukuh dengan keyakinannya bahwa semua ini hanyalah cerita yang menakutkan.
Malam sudah semakin larut dan Maya juga sudah semakin jauh menyusuri desa itu dari tempat sodaranya. Â Kemudian, tanpa ada ancaman yang mengerikan baginya seolah usahanya malam itu sia-sia. Â Maya pun kembali ke rumah sodaranya tanpa rasa takut sedikitpun.
Sesampainya dirumah, Maya pun segera masuk menuju ke kamar...
Tiba-tiba, di tengah ruang belakang yang hanya diterangi lampu ublik di dinding, ia melihat sosok yang menakutkan ... seorang wanita berpakaian merah dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya. Â Bergaun Merah!?!?!? Maya berusaha menghindar dan berlari, namun langkahnya terasa berat, seolah-olah roh jahat sedang mencengkeram kakinya.
"Sialan!!!" gumam Maya, berjuang untuk melepaskan diri. Â Namun, semakin keras dia berusaha, semakin kuat cengkeraman itu.
Wanita itu mendekati Maya dengan lambat. Maya bisa merasakan seperti hembusan nafas yang dingin di tengkuknya, dan ia mengerti bahwa legenda itu nyata. Â Wajah perempuan Bergaun Merah itu terlihat samar dan hanya mata merah yang menyala menembus jiwa Maya.
"Dosakah kau sudah berani keluar di malam ini?" bisik Wanita Bergaun Merah dengan suara serak yang menusuk tulang.
Maya merasa ketakutan tak terkendali, namun ia mencoba mengumpulkan keberanian terakhirnya. "Siapa...siapa dirimu?" tanyanya dengan suara gemetar.
Wanita Bergaun Merah itu mengangkat tangan lentiknya dan menyibakkan rambut panjangnya, memperlihatkan wajah yang rusak dan penuh dendam. "Royani..., aku adalah arwah yang dilupakan, yang mencari balas dendam atas kematian yang tak adil!!!" ucapnya dengan suara serak.
Dengan cengkeraman yang semakin kuat, Maya merasa nyawanya hampir tercabut. Dia mencoba berteriak, tetapi suaranya mati terbawa angin malam.
"Sekarang, kau akan merasakan penderitaan yang kualami" kata Wanita Bergaun Merah itu sambil menatap mata Maya dengan penuh kebencian.
Namun, tiba-tiba kabut tebal semburat berhamburan di sekeliling ruang belakang, dan dari bayangannya muncul cahaya yang menyilaukan. Maya melihat Pak dhe Nurwan berdiri di belakang Wanita Berjubah Merah.  Cahaya suci  itu mencegahnya mendekati Maya lebih jauh.
"Pergilah, arwah jahat!!!" bentak Pak dhe Nurwan dengan suara tegas.
Wanita Bergaun Merah menggeram, tetapi dia tidak berani menantang kehadiran Pak dhe Nurwan dengan cahaya yang semakin terang. Â Royani lenyap ke dalam kabut dan meninggalkan Maya dalam keadaan gemetar.
Pak dhe Nurwan kemudian membantu Maya bangkit, dan mereka berdua kembali di suasana rumah yang tenang tanpa kabut. Maya menemukan kesadaran akan bahaya yang sesungguhnya, dan dia berterimakasih kepada Pak dhe Nurwan karena telah menyelamatkannya.
Sejak malam itu, Maya memutuskan untuk tidak meremehkan legenda atau keepercayaan orang lain. Â Dia belajar untuk menghormati keahlian leluhur dan menjaga keseimbangan alam. Â Namun, kisah "Gaun Merah di Malam Kematian Royani" tetap hidup di hati penduduk desa, mengingatkan mereka akan kekuatan tak terlihat yang ada di dunia nyata ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H