"Pak Yono ada dirumah dek ???" Tanya Seli kepada anak kecil itu.
Anak kecil itu mempersilahkan kami masuk dan dari kejauhan terlihat sosok berbadan besar berjalan menuju ke depan. Â Pak Yono yang berpakaian serba hitam dan memakai udeng di kepalanya membuat kami terasa penasaran dengan penampilan Pak Yono bak seorang yang sedang melakukan ritual kejawen.
Beliau pun mempersilahkan kami duduk dan menunggu sejenak, karna ada sesuatu yang perlu beliau selesaikan. Â Kami duduk di kursi kayu yang sudah agak reyot dan bantalan sofa yang sudah sobek-sobek terlihat busa berwana kuning dan kotor. Selain itu rumah Pak Yono terlihat suram dan kurang pencahayaan, tiap sudut maupun ruangan terlihat remang-remang.
Tak lama kemudian, anak laki-laki yang sepertinya anak remaja Pak Yono menuju ke tempat dimana kita duduk sambil menyodorkan minuman hangat dan camilan. Â Mataku terbelalak kaget seketika saat melihat camilan yang di sodorkan kepada kami, entah makanan apa yang dia berikan, sangat menjijikkan seperti cacing panjang berwarna merah muda, atau seperti belut licin. Â Rasa ragu dan takut menyelimuti perasaan kami, sampai-sampai Saya dan Seli saling berpandangan menatap diam makanan yang diberikan. Â Setelah kami pegang, sepertinya ini jely terpanjang yang pernah kami lihat dan pada akhirnya kami pun memakan camilan itu.
Lambat laun perasaan takut ini sirna, ketika Saya melihat anak balita Pak Yono sepertinya menyukai Seli. Â Anak kecil itu mengajak bermain Seli di lantai, bercanda penuh keseruan.
Disamping keseruan mereka berdua dan tugas dari kantor pun belum terlaksana, tiba-tiba tirai ruang tengah terkibas angin semilir yang sehingga Saya dapat melihat ruang tengah. Â Tak segan mata ini melihat Pak Yono sedang duduk bersila di lantai dengan dupa kecil di depannya. Dan...ada benda kecil seperti pisau, "Itu Keris!!!!" pekikku dalam hati.
Keris itu di tancapkan di atas dupa kecil yang sedang menyala, asapnya berkepul terus-menerus diatas dupa dan menyelimuti keris kecil itu. Â Komat kamit mulut Pak Yono, entah mantra apa yang beliau baca.
Masih saya sendiri menyaksikan kejadian yang menegangkan, terlihat Pak Yono menggenggam sesuatu dan menaburkan di atas dupa. Semakin tebal asap yang di keluarkan dan berbau menyengat.  Langit di luar yang mendung, tak lama kemudian  suasana menjadi lebih gelap.  Angin kencang berhembus dan meniup api dupa hingga padam. Tiba-tiba, Saya merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Suara-suara aneh mulai terdengar di sekitarnya. Bayangan-bayangan samar muncul dan menghilang dengan cepat. Kemudian keris itu terlempar melayang di dekat tempat duduk Saya
Saya mulai merasa ketakutan, namun saya tetap berusaha tenang dan segera menjauh dari ruang depan, meraih erat keris itu. Namun, keris itu terasa semakin panas dan bergetar. Saya merasa seolah-olah ada energi gaib yang merasuki benda tersebut.
Tiba-tiba, terdengar suara seperti orang menangis dari kejauhan. Saya merasa ada yang mengikuti langkah kaki ini. Saya pun berusaha untuk tidak menoleh ke belakang, namun rasa penasaran dan ketakutan semakin menguasai.
Saya terus merangkak dan mencoba untuk keluar rumah Pak Yono. Namun, setiap langkah ini terdengar seperti diikuti oleh langkah lain. Suasana semakin tegang dan angin semakin kencang. Semua tampak gelap dan mencekam.