Mohon tunggu...
Shankara Dama
Shankara Dama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Never ending spirit

"Semangatku tidak pernah berakhir "

Selanjutnya

Tutup

Horor

Lambaian Tangan Gadis Berkepang

3 Juni 2023   10:00 Diperbarui: 3 Juni 2023   10:04 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita berlima ada kakak perempuanku Arin, Ara putriku, serta dua keponakanku Ika dan Onza sudah siap berangkat ke beberapa rumah saudara untuk mengantarkan bingkisan nasi kotak acara ulang tahun ke – 6 putriku Ara.  Kita naik kendaraan roda empat jenis pengumpang yang berkapasitas 4 orang, yang pasti mereka bertiga Ara, Ika dan Onza yang masih anak-anak cukup menempati ruang kursi di jok belakang mobil. 

            Sepanjang perjalanan anak-anak begitu riang gembira dan merasa perjalanan mereka sangat mengasikkan, mereka bertiga tertawa lepas tanpa beban apapun.  Dalam perjalanan, kita melewati dan menyusuri sebuah taman Hutan Je yang terletak di pinggir kota.  Suasana jalan terlihat sepi, tak ada satupun pengendara lain yang melewati jalan yang kita lalui.  Pohon-pohon besar menjulang sampai ke jalan, terlihat rindang dan asri.

Keramaian anak-anak di kursi belakang hilang seketika, suasana menjadi hening melihat pemandangan taman Hutan Je dari luar.  “Eh..May, ditempat ini tepat di pohon besar itu sering ada penampakan perempuan berambut panjang, dan biasanya suka gangguin orang-orang yang melewati jalan ini lho” cerita Kak Arin kepadaku yang terlihat serius dan menegangkan.  Seketika aku tahan nafas dan merinding bulu tengkuk hingga bulu tangan.   “Kak, pliis deh ya… jangan nakut-nakutin gitulaah, aku lagi nyetir niih” sahutku kepada kak Arin yang terlihat malah tertawa mengejek.  “Iya deh..Iya.. iya..maaf…, tuh depan sungai itu belok ke kanan May, jangan ngebut” jawab kak Arin sambil mengingatkan jalan menuju rumah kak Indah. 

Kira-kira sudah hampir 1 jam perjalanan, kita baru sampai ke rumah kak Indah, Kak Indah adalah Bibi nya Onza dan Ika yang sudah 3 tahun tinggal di pinggir kota.  Terlihat rumah dengan type 36 dan bertingkat, pagar rumah berwarna hitam dan banyak tanaman sulur yang menghiasi depan rumah hingga ke atas dengan kesan seperti desain natural house.

Baca juga: Gugur Daun di Arshy

“Hai…Onza..Ika.. ada Ara juga…”Sapa dan sambut kak Indah yang ternyata sudah di teras rumah sambil duduk sendiri dan santai dengan kaos oblong dan hotpants warna hitam.  Aku dan kak Arin segera ambil 3 bingkisan nasi kotak di bagasi mobil untuk diberikan ke kak Indah.  “Waah.. niiih ada acara apa dek, kok bawa-bawa bingkisan segala?” Tanya kak Indah kepada kita sambil tersenyum lebar. “Ini kak, syukuran hari ulang tahunnya Arin yang ke-6 ” sahutku dengan senang hati memberikan bingkisan itu.

Ara, Onza, dan Ika sudah terlihat berekspresi di teras depan dan sangat girang ketika diajak ke rumah saudara, senang nya bukan main… tapi aku dan kak Arin harus segera melanjutkan perjalanan untuk mengantar bingkisan ke rumah sodara yang lainnya.  Rasa kecewa terlihat di wajah mereka bertiga karena kita terburu-buru dan hanya sebentar waktu main mereka, selain itu waktu sudah menunjukkan hampir jam 3 sore.

Segera setelah memberikan bingkisan ke kak Indah, kita langsung berpamitan… “Kak Indah, kita langsung lanjut anter bingkisan dulu, keburu malam niih ke rumah mbok Asih”pamitku dengan buru-buru.  “Iya deh, makasih banyak ya dek… kapan-kapan maen agak lama dong..okey..kalian hati-hati dijalan ya”jawab kak Indah sambil melambaikan tangannya.

Kita berlima masuk mobil dan anak-anak tetap duduk di kursi belakang, gas mobil segera ku injak dan sambil melihat belakang melalui kaca atas kepala.  Aku pastikan semua sudah dalam keadaan aman di dalam mobil.  Belum jauh dari rumah kak Indah, kira-kira 7 meter sudah tak tampak kak Indah dari bahu jalan, selain itu di kaca atas kepala, aku melihat Ara sedang menghadap belakang sambil melambaikan tangan.  Akupun tidak menghiraukan lambaian tangan Ara dan langsung tancap gas menuju rumah mbok Asih yang membutuhkan waktu 30menit.

“Waah..setelah ini melewati pohon besar yang di taman Hutan Je… Waduuh ini gegara kak Arin niih yang cerita horor.. untung saja ceritanya di siang hari, coba kalo malam-malam lewat taman Hutan Je sambil cerita horor gak bakalan berani lewat jalan ini” gumamku sambil fokus lihat jalan tepi sungai dan sawah.

Taman Hutan Je sudah kita lalui dan semua terlihat baik-baik saja dan setelah 30 menit kita sampai di rumah mbok Asih, mbok Asih adalah keponakan Nenek yang masih dekat dengan tempat tinggal kita.  Mbok Asih yang sudah berusia setengah abad lebih, terlihat keriput, badannya sangat kurus dibalik pakaian rok hitam panjang yang dipakainya dan rambut penuh uban yang dikuncir.  Seperti pada awal kita mengantar bingkisan ke Kak Indah, setelah bertemu dan memberikan bingkisan ke mbok Asih, kita langsung pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, “Aaaah…seger banget nih es teh di sore hari” aku ambil secangkir teh yang ku tuang dari teko sambil menikmati senja di depan rumah. Angin meniup dan menggoyahkan pohon Tabebuya, hingga daun dan bunga berguguran di halaman rumah.  Angin semakin kencang dan membuat merinding bulu tanganku, sontak aku teringat Ara saat melambaikan tangan sepulang dari rumah Kak Indah.  “Ara…nduk..cantik…sini sebentar cah ayu…”panggilku dengan rasa penasaran ingin segera ku tanyakan kejadian tadi siang.  “Iya Mama…ada apa Mah?” jawab Ara sambil mendekatiku duduk di teras depan rumah.  “Mama kepengen tanya… tadi Ara waktu pulang dari Bibi Indah melambaikan tangan ke siapa?” tanyaku penasaran.  “Siapa ya Mah… Ara juga gak tau, tadi ada kakak-kakak perempuan melambaikan tangan ke Ara, dia pakai rok warna putih… terus rambutnya di kuncir kepang dua gitu Mah… sambil senyum gitu sama Ara” jelas Ara kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun