Mohon tunggu...
Ticklas Babua Hodja
Ticklas Babua Hodja Mohon Tunggu... Konsultan - Petani/Buruh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Life is choise

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surga Kecil di Ujung Halmahera

26 Juli 2021   08:04 Diperbarui: 26 Juli 2021   08:13 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amati saja, buah dari keserakahan yang telah melahirkan "bayi malapetaka" yang terus tumbuh-kembang memusnahkan alamku. Kini, bencana mulai berdatangan satu per satu. Kalangan pribumi kehilangan daya dan tersungkur. Merasa terasing di atas tanahnya sendiri. Moyangku pasti marah!

Kita kalah dan mati berulang kali. Suara tuntutan dan permohonan keadilan di bungkam oleh pengadilan. Aparat yang dulunya mengayomi, kini menjadi pemburu berwajah ganas. Bersembunyi di balik seperangkat aturan yang dibuatnya sendiri.

Padahal, semenjak tahun 1220, Loloda sebagai kerajaan tertua di Maluku sudah begitu terkenal oleh dunia. Di dalamnya ada perjuangan dan keberhasilan melawan penjajah yang waktu itu hendak menyita segala kekayaan yang ada. Bahkan, dunia pun memahami Sang Kapita Sikuru, yang pernah membunuh Menteri Perpajakan Pemerintahan Belanda. 

Alam telah menjadi saksi bisu bagi perjuangan kami. Kami terus diajak untuk disogok agar memberi kekayaan alam kami untuk digodok melalui pemerintah yang bobrok. Inilah target dan incaran mereka dengan dukungan investor. Kami akan tetap bertahan dan berlawan untuk alam kami yang terus dikeroyok. Berjuta serangan fisik maupun psikis berupaya masuk dan melumpukan seluruh ruang gerak rakyat. Jangan biarkan!!

Kami tetap berada di garis perjuangan. Bahwa bentuk-bentuk perjuangan yang kami lakukan adalah untuk masyarakat dan alam kami. Akhirnya, kami menitipkan air mata kami kepada para tuan tanah untuk terus berjuang bersama-sama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun