Simbol Halo pertama dikenal karena digambarkan dalam koin.
Sementara itu dewa Mithra juga memenangkan hati Kekaisaran Romawi yang menyerang di barat - sampai-sampai Mithraisme berkembang menjadi agama besar Romawi.
Mithra kemudian mempengaruhi ikonografi dewa Romawi lainnya - Sol Invictus ("matahari tak terkalahkan") yang ditampikan sebagai sosok dengan fisik maskulin dan memiliki kekuatan ilahi yang ditunjukan dengan pancaran lingkaran cahaya matahari di kepalanya.
Masyarakat hingga kasiar Romawi menyembah dewa ini. Bahkan Constantine (Kaisar abad 306-337) mengakui kekuatan ikonografi halo.
Kemudian, ia dan penerusnya dengan arogan mengambil ikon ini dan menggunakannya dalam representasi artistik diri mereka sendiri.
Dengan semakin diterimanya Kekristenan di Kekaisaran Romawi, para seniman mulai menggambarkan Yesus dengan lingkaran cahaya, yang sekarang dianggap sebagai simbol tertinggi otoritas yang disetujui secara ilahi.
Kedatangan simbol baru ini dalam ikonografi Kristen terjadi sekitar tahun 300-an Masehi, lebih dari dua abad setelah muncul dalam agama Buddha.
Itu adalah sinyal metamorfosis agama Kristen dari agama yang terpinggirkan menjadi struktur kekuasaan resmi di Barat.
Simbol halo telah melekat dalam seni Kristen sejak itu, meskipun telah mengalami beberapa adaptasi selama bertahun-tahun.
Allah Bapa kadang-kadang terlihat dimahkotai dengan cahaya berbentuk segitiga. Lalu Yesus dengan cahaya berbentuk salib dan orang-orang kudus dengan bentuk persegi di kepala mereka.