Simbol halo digunakan dalam sejumlah agama.
Menyelidiki fungsi halo yang melingkar dalam seni keagamaan akan membawa kita kembali jauh abad ke-1 Sebelum Masehi.
Simbol itu sebenarnya tidak ditampilkan dalam agama sebelumnya, namun menjadi bagian tetap dari ikonografi agama di seluruh Eurasia (super benua gabungan Eropa dan Asia) dalam beberapa abad selanjutnya.
Di Mesir kuno, dewa matahari Ra biasanya ditampilikan dengan piringan melingkar yang mewakili matahari - meskipun ini berada di atas kepala dan bukan di belakangnya.
Sementara itu, beberapa artefak dari kota Mohenjo-daro (di lembah Indus), yang dibuat pada tahun 2000-an SM, menampilkan apa yang tampak seperti aura sinar. Namun, aura ini berada di seluruh tubuh tokoh suci, bukan hanya kepala mereka.
Demikian pula dalam seni Yunani kuno, kadang-kadang ada representasi mahkota cahaya yang mengelilingi kepala pahlawan mitologis untuk menunjukkan kekuatan ilahi mereka yang unik.
Tetapi lingkaran cakram halo adalah penemuan yang khas di kemudian hari dan mungkin hasil dari ide-ide keagamaan yang unik.
Contoh paling awal dari cakram halo berasal dari tahun 300-an SM dalam seni keagamaan Iran kuno. Cakram itu tampaknya telah dipahami sebagai fitur istimewa Mithra, dewa cahaya dalam agama Zoroaster.
Muncul perdebatan bahwa konsep kemuliaan ilahi (dikenal sebagai 'Khvarenah') dalam Zoroaster terkait erat dengan pancaran matahari, dan halo menunjukan keilahian Mithra, seperti halnya selama ini untuk dewa Ra.
Dalam sejarah seni, kecepatan simbol cakram bermigrasi lintas budaya membuatnya sangat penting dalam ikonografi religius.