Mohon tunggu...
Pipit Agustin
Pipit Agustin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seniman Tepung

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hari Sumpah Pemuda: Bersama Majukan Bangsa; dengan Apa?

28 Oktober 2023   17:49 Diperbarui: 28 Oktober 2023   17:52 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by: piput Agustin. Sumber gambar: kemenpora.go.id

 

Posisi pemuda hari ini ada pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Karenanya, mereka harus ditempa dengan pendidikan yang mumpuni agar para pemuda siap memimpin negeri. Harapannya, di antara mereka nanti ada para ahli di bidangnya, pakar yang andah dan kompeten, politikus ulung, negarawan hebat, jendral yang disiplin dan tangguh, dll. Ternyata, fakta berbicara lain. Mas Menteri menggagas sebuah kurikulum merdeka belajar dan program Pendidikan vocasi yang diarahkan untuk mencetak peserta didik menjadi tenaga terampil untuk mengisi industri (baca: buruh). Padahal kita tahu, industri yang ada hari ini dikuasai kaum pemilik modal (baca: kapitalis). Lulusan perguruan tinggi yang seharusnya menjadi SDM andal, nyatanya sekadar menjadi pengisi dunia kerja. Realitas ini  dipahami oleh para pelajar dan mahasiswa bahwa sekolah itu untuk mencari kerja. Akhirnya, tujuan mulia Pendidikan untuk mencerdaskan bangsa agar terbebas dari segala bentuk penjajahan menjadi sirna.

Pemuda dan pelajar kita tumbuh dalam bingkai sekularisme yang menjauhkan nilai-nilai agama (Islam) dalam kehidupan. Akhirnya, mereka tumbuh dan berkembang dengan kadar keimanan yang tipis. Mudah larut dalam serbuan gaya hidup bebas, mengejar popularitas dan hal-hal viral tanpa nilai yang berarti. Gemerlapnya dunia hiburan telah menggeser kekhusyu'an dalam mendalami ilmu. Kita saksikan, acara pengajian sepi peminat sedangkan konser musik pesertanya membludak. Lantas bagaimana memikirkan kondisi bangsa, sedangkan mereka sibuk dengan  diri sendiri?

Berubah Bersama

 

Sudah waktunya pemuda menyadari ada yang salah dengan visi misi negeri ini. Sejak digaungkannya, belum muncul tanda-tanda ke arah tujuan, justru negeri ini dan pemudanya, tenggelam dalam kubangan persoalan tanpa bisa dientaskan. Kebodohan, kemiskinan, hingga persoalan adab dan moral. Semuanya ambyar di tangan kebijakan yang diterapkan.

Kesalahan visi dan misi itu adalah akibat kesalahan paradigma yang dimiliki. Paradigma sekuler harusnya diubah ke paradigma islam yang visioner. Bukan isapan jempol, Islam telah lebih dulu sukses membangun peradaban gemilang belasan abad lamanya. Di bawah pengasuhan islam, berbagai bangsa dibebaskan dari keterjajahan, kebodohan, dan kejahiliyahan.

Oleh karena itu, pemuda muslim hari ini, perlu menilik Islam sebagai way of life dalam mewujudkan cita-cita bangsanya. Semata agar kesuksesan itu bisa diraih sebagaimana yang pernah diraih oleh generasi sebelumnya. Terlebih, bangsa ini mayoritas muslim, selayaknya menjadikan islam sebagai asas perjuangan. Saatnya berikrar menjadikan Islam sebagai ikatan persatuan. Wallahua'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun