Penjajahan tanah Palestina oleh Israel sampai hari ini telah berumur 75 tahun. Ini jika dihitung sejak pendudukan Israel sekaligus proklamasi Negara Yahudi di tanah Palestina pada 1948 silam. Belum lagi jika menghitung jumlah korban jiwa dari pihak rakyat Palestina. Sebab, serangan Israel memang jauh dari etika berperang.Â
Mereka membabibuta menyerang anak-anak, kaum wanita dan lansia, bahkan menyasar fasilitas umum tanpa ampun, seperti rumah sakit, sekolah-sekolah, dan rumah-rumah warga. Sebagaimana banyak diberitakan, hari  ini, gejolak perang di palestina telah menewaskan 770 warga Palestina termasuk 140 anak-anak dan 120 wanita. Angka korban ini kemungkinan akan terus bertambah mengingat perang masih berlanjut.
Perlawanan rakyat Palestina tak pernah padam. Para pemuda Palestina, khususnya HAMAS terus melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan tanah air mereka dari serangan penjajah Israel.Â
Dari video-video yang beredar, terlihat wajah anak-anak dan pemuda palestina itu tak sedikitpun menampakkan ketakutan dalam melawan Israel, padahal senjata mereka tidak sebanding. Tapi keberanian mereka tiada banding. Belum lagi, ungkapan-ungkapan menyayat hati saat mereka menyatakan bahwa mereka tidak butuh dikasihani berupa bantuan-bantuan kemanusiaan, tapi mereka membutuhkan aksi nyata dari saudara-saudara sesama muslim untuk ikut berperang melawan Israel.
Palestina Istimewa
Perlu diketahui, Negara Palestina hari ini adalah bagian dari negeri Syam. Syam adalah bagian tak terpisahkan dari Islam. Syam adalah wilayah yang meliputi Suriah, Yordania, Libanon, dan Palestina saat ini. Negeri ini istimewa karena beberapa hal sebagaimana Rasulullah Saw. menyebutkan dalam hadis beliau, "Keberuntungan bagi penduduk Syam, "Kami bertanya, "Karena apa, Wahai Rasulullah?" Beliau mejawab, "Karena para malaikat membentangkan sayap-sayapnya kepada mereka (penduduk Syam)." (HR. at-Tirmidzi).
Di Palestina terdapat sebuah masjid bersejarah, yakni Masjid al-Aqsha. Ia merupakan kiblat pertama kaum muslim dan merupakan tempat singgah Nabi sewaktu perjalanan Israkmikraj. Allah SWT berfirman, "Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari masjidilharam ke masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagai tanda-tanda (kebesaran) Kami. (TQS. al-Isra':1).
Masjid al-Aqsha adalah tempat suci ketiga kaum muslim, setelah Masjidilharam dan Masjid Nabawi. Ketiganya adalah tempat yang recommended untuk dikunjungi. Beliau Saw. bersabda, "Sekali salat Masjidilharam sama dengan 100.000 salat. Sekali salat di masjidku (masjid Nabawi) sama dengan 1000 salat. Sekali salat di Masjid al-Aqsha sama dengan 500 salat." (HR. ath-Thabrani dan al-Bazzar).
Selain itu, dalam sejarahnya, Palestina telah menjadi bagian dari wilayah Islam selama berabad-abad di bawah kekhilafahan islam. Realitas ini dapat ditemukan sejak era Umar bin Khattab ra. pada 637 M. Khalifah Umar menaklukkan Yerussalem dan merebut Kembali al-Aqsha pada 638 M. Pasukan kaum muslim memasuki al-Quds di Yerussalem dan berhasil mengusir penjajah Bizantium (Romawi Timur). Lalu, penduduk setempat sepakat untuk menyerahkan kunci Kota Yerussalem kepada sang Khalifah. Penyerahan kunci pun dilakukan langsung oleh uskup Yerussalem, Sophronius kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Oleh karenanya, kaum muslim memiliki amanat untuk melindungi penduduk Yerussalem (Kaum Nasrani) melalui perjanjian Umariyah. Melalui perjajnian tersebut, Khalifah Umar memberikan jaminan terhadap kaum Nasrani terkait harta, jiwa, dan ibadah mereka. Serta jaminan bahwa tak seorangpun dari Yahudi (pengkhianat) yang akan tinggal di sana.
Bebal
Sejak saat itu hingga hari ini, kewajiban menjaga bumi Palestina masih melekat pada kaum muslimin hingga akhir zaman nanti. Inilah sebabnya, eksistensi Yahudi di tanah Palestina itu adalah sebuah pelanggaran dan bentuk Penjajahan yang tidak bisa dtoleransi, tidak dengan solusi dua negara ala PBB, tidak pula dengan meminta kedua belah pihak untuk berdamai. Sungguh, kaum Yahudi lah yang bebal dan tidak patuh terhadap perjanjian. Mereka adalah kaum yang terkenal hobi berkhianat. Jejak pengkhianatan mereka dapat ditemukan dalam sejarah sejak zaman perjanjian Hudaibiyah, hingga resolusi yang digagas PBB saat ini.
Ambisi Yahudi menguasai palestina makin menemukan kemudahan pascaruntuhnya kekhilafahan islam oleh antek Yahudi dan Inggris, Mustafa Kemal. Kini, perjuangan rakyat Palestina harus dilakukan secara mandiri oleh rakyat Palestina sendiri tanpa adanya bantuan militer dari negeri-negeri muslim di sekitarnya. Sementara itu, Israel dikabarkan mendapat bantuan militer dari negara adidaya Amerika. Jelas hal ini makin memperberat Palestina mencapai kemerdekaan sejatinya.
Lantas, bagaimana bisa dunia Islam 'hanya' mampu mengirim bantuan kemanusiaan tanpa pasukan militernya?
Lemah tanpa Persatuan Umat
Umat Islam begitu lemah pascaruntuhnya entitas politik (khilafah) yang menyatukan negeri-negeri mereka dari Maroko hingga Merauke. Â Padahal, keberadaan khilafah itu secara nyata mampu memberikan perlindungan menyeluruh dengan perlindungan yang tangguh. Belasan abad khilafah tegak menyatukan berbagai negeri tanpa sekat kebangsaan, mempersatukan umat berbagai etnis, ras, bahkan agama. Khilafah ini pula yang mampu mengomandoi mobilisasi militer untuk membebaskan negeri yang terjajah, sebagaimana Khilafah Ustmaniyah pernah mengirimkan militernya untuk membantu Kesultanan Aceh mengusir penjajah Belanda dari wilayahnya.
Sungguh, jika bukan oleh khalifah, sangatlah sulit memobilisasi pasukan kaum muslim dari seluruh negeri Islam yang ada untuk menolong pejuang Palestina. Oleh karenanya, khilafah adalah kebutuhan bagi umat Islam. Nabi Saw. pernah bersabda, "Imam (khalifah) adalah perisai, di belakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung." (HR. Bukhari Muslim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H