Menurut World Health Organization (WHO, 2018) proporsi orang dengan gangguan mental dan emosional di seluruh dunia berusia 10-19 tahun, masalah kesehatan mental menyumbang 16% dari beban penyakit, dan cedera global. Setengah dari semua masalah kesehatan mental dimulai pada usia 1 tahun, tetapi kasus tidak terdeteksi dan tidak diobati karena sejumlah alasan, seperti kurangnya pengetahuan tentang kesehatan mental, kurangnya kesadaran petugas kesehatan, dan stigma yang mencegah anak di bawah umur mencari bantuan. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan terlibat dalam perilaku berisiko lainnya dan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional remaja.
Ada banyak faktor yang menjelaskan mengapa penyakit mental begitu umum terjadi pada remaja, terutama selama pandemi semakin besar kemungkinan mereka terkena penyakit mental. Dampak pandemi tidak hanya pada ekonomi, tetapi pola pikir anak-anak dan remaja juga dapat terpengaruh. Bekerja atau beraktivitas lain di rumah dalam waktu lama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan mental seseorang. Bagaimana tidak? Hal ini memaksa seseorang untuk menghindari keramaian, baik dengan rekan kerja, teman sebaya, teman kuliah, dll. Ini tentu saja cara hidup baru yang tiba-tiba. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kebosanan, kejenuhan, stress, depresi, dll menghantui emosi manusia pada umumnya.
Penyebab gangguan kesehatan mental bagi remaja di tengah pandemi
Pandemi berdampak negatif pada banyak aspek kehidupan. Salah satu hal yang tidak bisa lepas dari dampak buruk pandemi adalah kesehatan mental. Berikut penyebab gangguan kesehatan mental bagi remaja di tengah pandemi, yaitu:
1. Isolasi dan Pembatasan Sosial
Isolasi dan jarak sosial mempengaruhi suasana hati dan inti emosi seseorang. Selama pandemi, aturan tinggal di rumah membuat seseorang berada di bawah tekanan karena terbatasnya ruang untuk bergerak. Tinggal di rumah terlalu lama dan merasa bosan, ini memberi tekanan negatif pada jiwa individu.
2. Perasaan Takut akan Covid-19
Di masa pandemi, banyak orang yang dilanda ketakutan akan virus Corona. Orang-orang takut dengan berita yang sering diliput oleh pers tentang perkembangan virus Corona. Selain itu, konflik yang muncul di tengah pandemi juga menjadi faktor yang menakutkan individu. Ketakutan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti paranoia. Mereka yang terkena dampak akan selalu merasa dihantui rasa tidak aman.
3. Aktivitas online
Di masa pandemi, semua aktivitas harus dilakukan secara online. Salah satu kegiatan yang berlangsung secara online adalah pembelajaran. Dirangkum dari berbagai sumber, aktivitas online berdampak negatif bagi siswa di berbagai tingkatan. Selama pembelajaran online, siswa menghadapi masalah gangguan kesehatan mental. Penyebab gangguan kesehatan mental yang dialami siswa antara lain: suasana belajar yang kurang kondusif, tugas yang menumpuk, tidak bisa berinteraksi dengan teman secara langsung, merasa jenuh dengan situasi belajar, dll. Penyebab-penyebab tersebut memperburuk kondisi mental siswa. Selain itu, pada sistem online, ruang gerak siswa juga terbatas, kurangnya ruang untuk melepaskan emosi dan terbatasnya aktivitas sosial.
Bagaimana mencegah dan mengobati gangguan kesehatan mental?
Unicef bersama Ahli Psikologi remaja, Dr. Lisa Damour, mengungkap beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan mental di masa pandemi, yaitu:
1. Kenali bahwa kecemasan Anda benar-benar normal
Jika penutupan sekolah dan berita utama yang mengkhawatirkan membuat Anda merasa cemas, Anda bukan satu-satunya dan hal tersebut adalah hal yang wajar. “Para psikolog telah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang mengingatkan kita akan ancaman dan membantu kita mengambil tindakan untuk melindungi diri kita sendiri” kata Dr. Damour.
Meskipun kecemasan seputar COVID-19 dapat dipahami sepenuhnya, pastikan Anda menggunakan sumber tepercaya seperti situs UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia untuk mendapatkan informasi, atau untuk memeriksa informasi apa pun yang mungkin Anda dapatkan melalui saluran yang kurang dapat diandalkan” kata Dr. Damour.
2. Buat gangguan
“Apa yang para psikolog ketahui adalah bahwa ketika kita berada dalam situasi sulit yang kronis, ada baiknya membagi masalah menjadi dua kategori. Apa yang bisa dan tidak bisa Saya lakukan” kata Dr. Damour.
Ada banyak hal yang termasuk dalam kategori kedua saat ini. Tetapi, satu hal yang dapat membantu Anda menghadapinya adalah mengalihkan perhatian Anda. Dr. Damour menyarankan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, menonton film favorit Anda, dan membaca novel sebagai cara untuk mencari kelegaan dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari Anda.
3. Temukan cara baru untuk terhubung dengan teman Anda
Jika Anda ingin terhubung dengan teman di kala social distancing, media sosial adalah solusi yang tepat untuk berkomunikasi. Salurkan kreativitas Anda di media sosial. “Saya tidak akan pernah meremehkan kreativitas remaja, menurut Saya remaja akan menemukan cara untuk terhubung dengan satu sama lain secara online melalui cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.Tetapi, memiliki akses tak terbatas ke layar dan media sosial bukanlah hal yang benar untuk dilakukan. Itu hal yang tidak sehat dan tidak cerdas, dan bahkan bisa menambah rasa cemasmu” kata Dr. Damour.
4. Fokus pada diri sendiri
Berfokus pada diri sendiri dan menemukan cara untuk menggunakan waktu yang baru Anda temukan adalah cara yang produktif untuk menjaga kesehatan mental Anda.
5. Rasakan perasaanmu
Jika Anda kecewa dan sedih tentang sesuatu, itu normal. Apa cara terbaik untuk mengatasi kekecewaan? Biarkan diri Anda merasakannya. “Ketika Anda memiliki perasaan yang menyakitkan, satu-satunya cara adalah melaluinya. Jika Anda bersedih, maka bersedihlah, dan jika Anda bisa membiarkan diri Anda sedih, Anda akan mulai merasa lebih baik lebih cepat.”
Memproses perasaan akan berbeda di setiap orang. “Beberapa anak akan membuat karya seni, berbicara dengan teman dan menggunakan kesedihan bersama mereka sebagai cara untuk merasa terhubung ketika mereka tidak dapat bertemu langsung” kata Dr. Damour. Yang penting adalah mengambil tindakan yang cocok untuk Anda.
6. Berbaik hatilah pada diri sendiri dan orang lain
Beberapa remaja mengalami bullying di sekolah karena coronavirus. “Menjadi bystander yang aktif (pembela) adalah cara terbaik untuk menghadapi segala jenis bullying” kata Dr. Damour. Ketika Anda melihat seorang teman diganggu, yang harus Anda lakukan adalah berbicara dengan memberi mereka dukungan. Jika Anda tidak melakukan apa-apa akan membuat mereka merasa bahwa tidak ada yang peduli dengan mereka.
Ketika tindakan pencegahan tidak berjalan dengan baik, penyembuhan adalah satu-satunya cara. Tidak ada aturan yang mengatakan hanya orang dengan gangguan mental "lebih parah" yang membutuhkan perawatan. Oleh karena itu, jika seseorang menyadari bahwa gangguan kesehatan mental yang dihadapinya telah mempengaruhi tingkat produktivitasnya, maka harus segera ditangani dengan berkonsultasi kepada spesialis kesehatan mental. Jika tidak segera ditangani, akan menimbulkan masalah yang lebih serius bahkan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Pada dasarnya, kita harus mencari solusi jika kita sedang mengalami masalah kesehatan mental karena kesehatan mental juga termasuk dalam penyakit. Kita tidak dapat membebaskan diri kita darinya jika kita duduk dan menyembunyikannya. Hal termudah yang bisa dilakukan adalah mencari teman untuk sharing.
Sumber : https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/tips-remaja-menjaga-kesehatan-mental-selama-covid-19
Penulis : Indah Meilina (PR Campaign 2021)
#PRCampaignUMJ2021
#ShareWithUs
Dosen Pengampu : Tria Patrianti, S.SOS., M.I.KOM
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI