Tak bisa dipungkiri, dalam kehidupan kerja atau bisnis kita tentu sering sekali mendengar istilah "strategi bisnis." Begitu banyak orang bicara tentang strategi bisnis. Tapi sebenarnya, apa sih strategi bisnis itu? Sederhananya, strategi bisnis adalah dokumen yang memerinci tujuan-tujuan bisnis kita dan mendefinisikan strategi kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Strategi bisnis merupakan peta jalan yang memerinci tujuan apa saja yang kita perjuangkan, bagaimana rencana kita untuk mencapainya, serta kapan rencananya kita melakukan eksekusi.
Strategi bisnis yang paling efektif lazimnya terdokumentasikan sehingga bisa dibagikan ke seluruh elemen organisasi. Strategi yang terdokumentasi menciptakan kohesivitas, membuat segala keputusan serta inisiatif bisa diarahkan secara tajam demi pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Perencanaan awal memang penting, namun telaah berkala atas perencanaan tersebut tidak kalah pentingnya. Dengan menelaah strategi bisnis kita secara berkala, kita bisa melakukan pergeseran atau penyelarasan strategis yang didasarkan pada informasi, perubahan pasar, dan data historis baru.
Ada sejumlah pendekatan yang bisa kita adopsi dalam mendokumentasikan strategi bisnis. Misalnya, kita bisa mendokumentasikan tujuan serta strategi bisnis kita pada level atas, atau sebaliknya dengan perincian yang detail. Atau, kita bisa mengadopsi pendekatan yang "lincah," di mana tujuan jangka pendek dijabarkan secara detail, sementara tujuan jangka panjang dijabarkan secara lebih umum.
Pendekatan yang lincah mampu menekan risiko inisiatif jangka pendek secara signifikan dengan menjabarkan tujuan serta strategi secara terperinci. Pendekatan ini juga mempercepat finalisasi strategi bisnis kita dengan mengeliminasi kebutuhan untuk sangat memerinci tujuan jangka panjang kita.
Nah, pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah memilih pendekatan apa yang akan kita adopsi. Lalu, ikuti langkah-langkah di bawah ini untuk mendokumentasikan strategi bisnis kita.
Langkah 1: Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Langkah awal dalam mendokumentasikan strategi bisnis adalah menetapkan tujuan yang hendak kita capai dalam lima tahun ke depan. Tujuan bisa saja kecil ataupun besar, juga bisa spesifik (misalnya, peningkatan pendapatan 30%) atau lebih umum (misalnya, peningkatan brand awareness). Mari kita lihat contohnya:
- Meningkatkan penawaran produk.
- Mendongkrak trafficsebesar 50%.
- Membuka cabang atau gerai kedua.
- Ekspansi ke pasar baru.
- Meningkatkan penjualan sebesar 25%.
- Meluncurkan program CRM.
Fase penetapan tujuan ini meniscayakan brainstormingdengan seluruh pimpinan perusahaan dan/atau pemangku kepentingan. Dalam fase ini, semua tujuan harus dipertimbangkan dan didokumentasikan.
Langkah 2: Buat prioritas
Setelah melakukan brainstorming,kita tentu akan memiliki daftar panjang tujuan potensial yang bisa kita perjuangkan, namun tentu saja tidak semuanya realistis. Di sisi lain, sejumlah tujuan mungkin saja saling terkait, di mana yang satu mesti tercapai dulu agar kita bisa mencapai yang lain. Nah, karena itulah kita wajib menentukan prioritas. Tujuan-tujuan di peringkat atas daftar kita haruslah tujuan yang memenuhi setidaknya satu dari kriteria-kriteria berikut ini:
- Tujuan tersebut haruslah yang paling penting bagi bisnis kita, termasuk bagi para pimpinan serta pemangku kepentingannya.
- Tujuan tersebut menjanjikan ROI tertinggi.
- Tujuan tersebut realistis dengan mempertimbangkan sumber daya yang mampu diakses perusahaan.
Langkah 3: Tetapkan strategi untuk mencapai tujuan
Setelah menentukan tujuan prioritas, kita mesti menetapkan strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Guna menggagas strategi, kita harus memikirkan secera menyeluruh---secara detail---langkah-langkah apa yang mesti kita ambil demi mencapai tujuan-tujuan kita. Strategi yang perlu kita adopsi sangat mungkin membutuhkan penyesuaian operasional, inisiatif marketing, akuisisi, dan lain sebagainya. Mari kita lihat contohnya sebagai berikut:
Tujuan: Membuka cabang atau gerai kedua
- Melakukan riset untuk menentukan lokasi ideal.
- Pastikan revenuesaat ini mampu menopang biaya operasional, biaya inventoryawal, dan biaya personel dari gerai baru nanti.
- Cari dan pekerjakan SDM, seperti manajer, asisten manajer, dan staf gerai.
- Luncurkan kampanye marketing untuk mempromosikan grand openinggerai baru, serta menarik pelanggan untuk mau berkunjung dan berbelanja di sana.
Tujuan: Ekspansi ke pasar baru
- Lakukan riset pasar untuk menentukan pasar baru yang ideal untuk kita masuki.
- Telaah hukum dan regulasi terkait bisnis di pasar baru tersebut.
- Urus izin dan lisensi yang dibutuhkan untuk berbisnis di pasar tersebut.
- Cari dan pekerjakan SDM untuk mengelola operasional bisnis dan sales.
- Luncurkan kampanye marketing guna menumbuhkan brand awarenessdi pasar baru.
Nah, saat kita menjalani fase ini, kita bisa saja menyadari bahwa sejumlah tujuan ternyata jauh lebih kompleks ketimbang perkiraan awal kita dan tidak realistis dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Jika demikian, kita harus mengeliminasi tujuan-tujuan tersebut.
Langkah 4: Evaluasi lanskap persaingan atau market demand
Setelah kita menetapkan tujuan dan strategi, kini saatnya untuk memvalidasi asumsi-asumsi kita. Yah, membuka cabang atau meluncurkan produk baru memang berpotensi menumbuhkan revenue,tapi jangan salah... keputusan tersebut bisa menjadi blunder jika pasarnya sangat kompetitif atau permintaan pasarnya tidak cukup besar.
Yang pertama-tama harus kita lakukan adalah menjalankan riset menyeluruh dan mendalam tentang para pesaing kita. Cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu menjalani proses ini:
- Siapa saja pesaing kita?
- Produk/jasa apa saja yang mereka tawarkan?
- Model pricingseperti apa yang mereka gunakan?
- Apa kelemahan marketing mereka?
- Bagaimana pendapat pelanggan tentang mereka?
Dengan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu, kita akan dapat menentukan cara terbaik untuk mendiferensiasi penawaran kita dari penawaran para pesaing.
Jika kita bisa menawarkan produk/jasa yang setara dengan harga yang lebih rendah namun tetap untung, maka di situlah selling pointkita. Jika kita menemukan bahwa ternyata secara umum pelanggan tidak puas dengan layanan pelanggan pesaing, maka kita bisa menjadikan layanan pelanggan "kelas satu" sebagai poin diferensiasi kita.
Di sisi lain, jika ternyata harga yang ditawarkan para pesaing lebih rendah daripada harga yang kita tawarkan dan mereka memiliki pelanggan loyal, atau kualitas produk mereka lebih tinggi dibanding kualitas produk kita, maka tentu saja kita perlu merevisi---atau bahkan mengeliminasi---tujuan awal kita.
Tidak jarang---khususnya jika kita menawarkan produk/jasa inovatif---kita "tidak memiliki" pesaing. Dalam kasus seperti ini, amat sangat penting bagi kita untuk mengukur secara cermat permintaan pasarnya. Kita mutlak harus melakukan riset pasar.
Seiring dengan riset pasar dan pesaing yang kita lakukan, kita juga harus merevisi serta menajamkan strategi-strategi kita berdasarkan informasi baru yang kita dapatkan dan mengeliminasi tujuan-tujuan yang terbukti sangat berisiko.
Langkah 5: Tetapkan timeline
Setelah menetapkan tujuan dan strategi serta memvalidasi asumsi-asumsi kita melalui riset terperinci, kita pun siap untuk menetapkan timelinebagi aktualisasi strategi pertumbuhan kita. Timelinebisa disusun berdasarkan prioritas tujuan atau secara sekuensial.
Sebagai contoh, tujuan prioritas kita yang paling atas misalnya membuka gerai baru. Tapi, tujuan tersebut hanya bisa dicapai jika sebelumnya kita mampu meningkatkan penjualan gerai yang sudah ada sebesar 20% guna menutup biaya operasional, SDM, dan inventorygerai baru.
Dalam kondisi seperti ini, bahkan jika meningkatkan penjualan gerai yang sudah ada berada pada prioritas bawah, tujuan ini perlu dieksekusi lebih dulu demi mencapai tujuan prioritas teratas, yakni membuka gerai baru.
Untuk tujuan jangka pendek, kita mungkin perlu memerinci timelinestrategi per bulan atau per tiga bulan. Untuk tujuan jangka panjang, kita mungkin hanya perlu menjabarkan tahun berapa kita akan mengeksekusi tujuan tersebut.
Langkah 6: Formalisasi strategi bisnis
Jika strategi bisnis kita hanya digunakan secara internal, maka formatnya tidaklah penting. Hanya saja, jika kita menggunakan strategi bisnis untuk mendapatkan investasi atau kredit dan lain sebagainya, maka kita perlu memformalisasikannya. Formalisasi strategi bisnis meniscayakan keberadaan bagian-bagian ini:
- Executive summary.
- Elevator pitch.
- Company mission statement.
- SWOT.
- Goals.
- KPI.
Penulis adalah Senior Consultant di Organization Transformation International (OTI). Email: prayudi@otiinternational.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H