Mohon tunggu...
Rennie Wihardani
Rennie Wihardani Mohon Tunggu... Human Resources - CHRO | Sahabat Generasi Emas | Ketua Kartini DPD Perindo Kota Bekasi

CHRO | Sahabat Generasi Emas | Ketua Kartini DPD Perindo Kota Bekasi | expert in career development, competency and performance employee | renniewihardani6@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengenal Jalur Persiapan Kelas Industri di PPDB, Setelah Lulus ke Mana?

5 Juni 2023   03:25 Diperbarui: 9 Juni 2023   04:30 5393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah tersebut ditanggapi Arfi'an Fuadi, pendiri sekaligus pemilik Dtech Engineering. Arfi'an Fuadi yang juga lulusan SMK pernah merasakan hal yang sama beberapa tahun lalu.

"Saat itu saya umur 24 tahun, tapi saya sudah dapat pengalaman dan sertifikat internasional," ujar Arfi'an.

Sebagai pengusaha Arfian menilai, pendekatan pembelajaran berbasis teaching factory maupun project based learning yang saat ini diterapkan di SMK, membuat pendidikan dan pelatihan vokasi mampu melahirkan lulusan-lulusan yang sudah siap untuk bekerja.
Hal itu juga yang membuat lulusan vokasi berpeluang lebih dilirik di dunia kerja.  

"Akhir-akhir ini saya melihat memang gencar sekali lulusan SMK dibekali kompetensi lebih," kata Arfi'an dikutip dari okasi.kemdikbud.go.id.

Menurut Arfian, dunia usaha dan dunia industri (DUDI) memang membutuhkan calon karyawan yang memiliki nilai lebih. Mereka tidak hanya punya kompetensi, tetapi juga punya nilai-nilai lain yang membuat mereka bisa diterima di dunia kerja dan dapat bersaing di pasar tenaga kerja.

"Titik berat perusahaan sekarang ada beberapa poin. Untuk saya pribadi sebagai pengusaha di bidang teknologi, kami membutuhkan karyawan dengan nilai-nilai seperti attitude, experience, dedication, willingness to grow, dan soft skills," kata Arfian.

Soft skills yang dimaksud Arfi'an adalah kemampuan untuk bekerja dalam tim. Calon pekerja juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik serta awareness level atau level kepedulian yang tinggi.

Sayangnya, nilai-nilai tersebut cenderung jarang diperhatikan karena memang tidak ada dalam text book. Sebaliknya, nilai-nilai tersebut cenderung hanya bisa didapatkan dari pengalaman saat terjun langsung ke dunia industri.

"Menurut saya, lingkungan pendidikan selama ini cenderung gagal memberikan experience ke peserta didik, baik itu experience riset maupun experience, untuk mengerjakan suatu project atau pekerjaan seperti pada dunia kerja," ujar Arfi'an.

Hal tersebut berbeda dari pendidikan vokasi yang cenderung mengedepankan praktik. Lulusan pendidikan vokasi umumnya lebih memiliki pengalaman yang mereka dapatkan dari berbagai project-project selama belajar maupun melalui magang kerja yang memang menjadi salah satu program wajib bagi peserta didik vokasi.

Sejak di bangku sekolah, siswa atau mahasiswa vokasi juga sudah diperkenalkan dan dibekali dengan budaya kerja atau budaya industri, termasuk dengan nilai-nilai yang diinginkan oleh industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun