Mohon tunggu...
Agung Prayoga
Agung Prayoga Mohon Tunggu... Lainnya - pribadi

cinta dan benci merupakan pemecah dan pemersatu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harta Membawa Nikmat dan Laknat

1 Desember 2020   14:05 Diperbarui: 30 April 2021   09:39 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harta merupakan suatu hal yang sangat diinginkan seluruh umat manusia. Harta tidak semata soal materi yang dapat menyelesaikan segala persoalan.

Namun, pada hakikatnya harta dapat memenuhi segala kebutuhan kita sebagai manusia yang dikelilingi dengan yang nama nya kesulitan. Seperti  hal nya ketika kita sudah berumah tangga, hal itu merupakan suatu alat yang vital. Dimana harta (materi) merupakan senjata untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga; sandang, pangan, papan.

Terpenuhinya segala kebutuhan itu akan memunculkan rasa bahagia. Malah bahagia berlebih muncul disaat harta yang diperoleh lebih saat mencukupi keluarga. 

Sudah sepatutnya kita mendapat harta yang berlimpah dan itu dibarengi dangan yang namanya rasa syukur. Maka nikmat akan dicapai dengan penuh keikhlasan bukan hanya nikmat harta yang terpenuhi dan nikmat yang lain akan didapat, seperti nikmat kesehatan, nikmat dimana masih di beri kebahagiaan dan juga nikmat dimana kita masih bisa memanfaatkan dengan keluarga yang utuh.

Idealnya, setiap nikmat yang kita terima merupakan pemberian dari Allah SWT dengan cara kita mengaplikasikannya. Sebab, ketika  limpahan nikmat yang diberi merupakan kebahagiaan atau kesenangan. Allah juga menyebut pada (Q S. Ali Imran; 14).

Namun, ada satu kondisi dimana nikmat bisa berubah menjadi laknat dan segala karunia yang diberi Yang Maha Kuasa menjadi murka-Nya. Hal ini lah yang disebut dengan istidraaj. Istidraaj merupakan pemberian Allah kepada orang yang sering melakukan maksiat kepada-Nya. 

Laknat juga bisa diartikan sebagai celaan atau do'a. Inilah dimana cara kita pengaplikasian segala nikmat harta yang diberi Allah dengan cara yang buruk, seperti kita berjudi, meminum minuman keras, bercumbu dengan wanita lain selain istri dan sombong.

Disaat manusia dalam gelimangan harta, pasti manusia lain akan memberikan respon baik atas pendapatan dan kegemilangan yang dicapai. Tidak hanya sampai disitu masyarakat/manusia lain memberi respon, terutama yang berada disekitar kita sendiri. 

Baca Juga: Tujuan Hidup adalah Bahagia, Sedangkan Harta Hanyalah Sarana

Ketika manusia yang merasa berkecukupan tidak memperdulikan makhluk lain dan melakukan hal yang tercela, maka disitu lah makhluk lain kembali memberi respon. Tentunya tidaklah respon baik yang diterima tetapi do'a atau harapan buruk kepada orang tersebut. Walau hal itu pun bisa dikatakan syirik dan itu merupakan hal yang berdosa.

Seperti halnya ketika dia menganggap rendah makhluk lain yang tidak sebanding dengan dia. Manusia/makhluk yang merasa dirugikan akan mendo'akan atau pun mendapat mendapat paradikma buruk di masyarakat sosialnya. 

Contoh; manusia yan merasa dirugikan akan berharap manusia tersebut terjatuh selayaknya manusia terhina dan terendah yang ada di muka bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun