Ketiga paslon ini salah satunya akan menjadi kaki kemana akan membawa bangsa dan negara ini melangkah. Kaki bernilai sangat tinggi, manusia pun bila kakinya lemah, akan lumpuh, demikian besar perannya.
Perspektif intelijen menilai paslon dari tiga nilai inti, pertama kekuatan (jumlah parpol, duklog, kader, simpatisan, konstituen, dukungan tokoh, pejabat dsb).
Dua, kemampuan (strategi, penggalangan, cipta kondisi, perbaikan citra, rekam jejak, pressure dsb).
Tiga, kerawanan, yaitu kelemahan, titik mati, yang bila lawan mampu mengeksploitasi, akan menimbulkan kelumpuhan bahkan permanen.
Titik rawan yang paling menonjol ada pada paslon 02. Pertama masa lalunya terus digoreng dan ada catatan lain saat menjabat sebagai Menhan, ini akan diangkat pada debat ketiga.
Kedua Gibran sebagai cawapres juga dianggap terlalu muda belum kapabel, sehingga banyak diolok-olok, dan majunya dinilai kontroversial dalam kasus MK.
Kerawanan ketiga ada pak Jokowi yang dinilai sedang memainkan strategi politik dinasti dan juga diberitakan dinilai melanggar sistem demokrasi.
Ketiga titik rawan tersebut terus diserang, tetapi nampaknya pengaruh pak Jokowi yang masih disukai cukup banyak rakyat, mampu mempertahankan dan bahkan ada fakta menaikkan elektabilitas paslon Prabowo-Gibran.
Untuk paslon 01 dan 03, terbaca kemiripan psikologis berseberangan dengan paslon 02. Bagi paslon 01, titik rawan ada pada kesan pendukungnya kelompok aliran keras agama, munculnya Habib Rizieq misalnya, walaupun ada NasDem yang nasionalis beritanya besar.
Selain itu, konsep perubahan sebagai oposan Jokowi membawa efek berhadapan dengan loyalis Jokowi. Selain itu, paslon 01 harus berhadapan juga dengan kelompok (parpol) nasionalis yang selama ini berada di tengah, dimana parpol Islam selalu di pinggir.
Bagi paslon 03, justru titik rawannya lebih kecil, hanya efek kekecewan dan strategi penyerangan ke Jokowi dinilai blunder, dan berakibat negatif ke ektabilitasnya.