Kesimpulan sementara, ulah berbahaya dan nekat dari Putin dilandasi kepentingan nasionalnya, bila Ukraina bergabung dengan NATO maka musuh berbahaya sudah sangat dekat di perbatasan.Â
Operasi khusus tersebut dapat dinilai sebagai 'shock theraphy' pihak Rusia. Penyelesaian kasus, kemungkinan Rusia akan menarik pasukannya sesuai keinginan PBB. Keputusan ofensif diubah menjadi defensif.
Bagi Indonesia sebaiknya hati-hati dalam bersikap, AS sudah kesal dan marah, Rusia nekat, jangan sampai terkena imbasnya.Â
Sementara itu ada kasus geopolitik kawasan yang rawan di Asia Tenggara antara AS versus China. Pemikiran prediksi intelstrat ke depan, bagaimana sikap Indonesia bila juga terjadi China Tiongkok menginvasi Taiwan?
Sebagai penutup sementara, sebuah UUK apakah Putin sudah menghitung bahwa Ukraina setelah Uni Soviet pecah menjadi negara yang memiliki peluru kendali nuklir selain Rusia. Kalau kepepet, nuklir bisa menjadi bargaining ancaman, mundur atau saya luncurkan!.Â
Dari persepsi intelijen, sikon saat ini sangat rawan berbahaya. Kerusakan yang terjadi bukan fisik belaka, selain Rusia mengalami tekanan bidang ekonomi yang berat, perekonomi dunia akibat pandemi akan terdampak lebih berat akibat ulah Putin tersebut.
Semuanya akan kembali ke kalkulasi bahwa yang abadi adalah kepentingan nasional sebuah negara. Inilah kunci dasar berpikir para pemegang amanah di Indonesia dalam menyikapi sikon konfik Rusia-Ukraina. Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.
Penulis: Marsda Pur Prayitno W. Ramelan, Pengamat Intelijen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H