Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dari Persepsi Intelijen, Putin Selangkah Lebih Maju

25 Februari 2022   13:17 Diperbarui: 25 Februari 2022   15:45 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendaraan militer Ukraina melaju melewati Alun-alun Kemerdekaan di pusat kota Kiev, Ukraina, Kamis (24/2/2022) | Foto: AFP/DANIEL LEAL via kompas.com

Dalam abstrak terpikir merancang artikel serangan Rusia ke Ukraina. Kelebihan Putin, serangan tidak terduga dilaksanakan Kamis (24/2) pagi serentak setelah pswt drone USAF (Global Hawk) meninggalkan wilayah Ukraina. 

Putin menggelar kekuatan tempur terutama dari udara dan darat, melumpuhkan kekuatan udara penyerang dan sistim Hanud Ukraina. 

Mengapa Putin nekat? Dia sudah menghitung bahwa AS dan negara-negara NATO tidak bisa menggelar aksi militer membela Ukraina dan menyerang Rusia, karena Ukraina belum menjadi anggota NATO. Bila AS menggunakan pengaruhnya di PBB, Putin akan mem-veto. 

Presiden AS Joe Biden, menyebut: "President Vladimir Putin had "chosen a premeditated war". 

Artinya AS sudah tahu bahwa Rusia akan menyerang Ukraina dengan perang yang telah direncanakan, tetapi AS tidak bisa segera membantu dengan kekuatan militer, hanya memberikan sanksi ekonomi penuh. 

Bagi AS, kasus ini bukan ancaman langsung keamanan nasionalnya, bahkan bisa menjadi isu positif bagi Presiden Biden.

Demikian juga dalam kondisi awal saat ini, sekutu-sekutu AS di Uni Eropa dan belahan dunia lainnya hanya dapat memberi sanksi ekonomi. Belum ada dasar pengerahan militer. 

Negara-negara pemberi sanksi sadar bahwa efek sanksi tersebut selain jelas memukul Rusia juga mengimbas para pemberi sanksi dan perekonomian dunia.

Putin sudah menghitung semuanya dan melindungi diri menyatakan tidak akan menduduki Ukraina, hanya menyebut operasi khusus melumpuhkan militer Ukraina untuk melindungi dua wilayah Ukraina yang berontak dan sudah menyatakan kemerdekaan. 

Sekarang banyak pihak yang menyerang Rusia, tapi pemikiran strategis pertahanan.

Kalau ancaman militer Ukraina yang menyerang dua wilayahnya di sisi Timur yang telah memproklamirkan kemerdekaan (Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk) dapat dinetralisir Rusia, maka Rusia berhasil membuat barrier tambahan seperti Belarus dan Crimea.

Kesimpulan sementara, ulah berbahaya dan nekat dari Putin dilandasi kepentingan nasionalnya, bila Ukraina bergabung dengan NATO maka musuh berbahaya sudah sangat dekat di perbatasan. 

Operasi khusus tersebut dapat dinilai sebagai 'shock theraphy' pihak Rusia. Penyelesaian kasus, kemungkinan Rusia akan menarik pasukannya sesuai keinginan PBB. Keputusan ofensif diubah menjadi defensif.

Bagi Indonesia sebaiknya hati-hati dalam bersikap, AS sudah kesal dan marah, Rusia nekat, jangan sampai terkena imbasnya. 

Sementara itu ada kasus geopolitik kawasan yang rawan di Asia Tenggara antara AS versus China. Pemikiran prediksi intelstrat ke depan, bagaimana sikap Indonesia bila juga terjadi China Tiongkok menginvasi Taiwan?

Sebagai penutup sementara, sebuah UUK apakah Putin sudah menghitung bahwa Ukraina setelah Uni Soviet pecah menjadi negara yang memiliki peluru kendali nuklir selain Rusia. Kalau kepepet, nuklir bisa menjadi bargaining ancaman, mundur atau saya luncurkan!. 

Dari persepsi intelijen, sikon saat ini sangat rawan berbahaya. Kerusakan yang terjadi bukan fisik belaka, selain Rusia mengalami tekanan bidang ekonomi yang berat, perekonomi dunia akibat pandemi akan terdampak lebih berat akibat ulah Putin tersebut.

Semuanya akan kembali ke kalkulasi bahwa yang abadi adalah kepentingan nasional sebuah negara. Inilah kunci dasar berpikir para pemegang amanah di Indonesia dalam menyikapi sikon konfik Rusia-Ukraina. Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.

Penulis: Marsda Pur Prayitno W. Ramelan, Pengamat Intelijen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun